Selasa, 28 Juni 2022 13:31 WIB
Penulis:Sulistya
Editor:Sulistya
Semarang, Jatengaja.com – Setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia selama lebih dari dua tahun, kondisi perkenomian pun kini sudah mulai membaik. Para pelaku usaha pun sudah mulai membuka kembali usahanya guna menggeliatkan roda perekonomian.
Tidak terkecuali di Kota Semarang, Jawa Tengah. Pergerakan perekonomian menuju tren positif sudah nampak terlihat di Kota ATLAS. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kunjungan, tingkat keramaian pusat perbelanjaan, hotel, dan juga café.
Hal ini pulalah yang mendasari Dimas Riski Hardiyanto (22), berani membuka usaha cafenya pascapandemi. Pemuda yang masih kuliah di jurusan IT pada sebuah universitas swasta ternama di Kota Semarang tersebut membuka Stasiun Kopi Joglo di Jl Gasem Wulung II, Tlogosari Wetan, Kota Semarang.
Dengan konsep klasik futuristik, Dimas memadukan tempat yang terlihat kuno dengan tampilan utama rumah joglo yang luas berbahan kayu jati. Aneka ornamen gebyok dan ukiran pun terpajang hampir di setiap pojok café.
Begitu pun dengan kursi yang semuanya terbuat dengan bahan aneka kayu, ada yang gelondongan, ada yang sudah dibuat kursi kecil, namun tetap mempertahankan kekhasan jawa.
Adapun konsep modern berada di samping rumah joglo, dimana bangunan terbuat dari tembok bata dilengkapi stage untuk live music.
“Rencananya live music akan kami hadirkan setiap akhir pekan, mulai Jumat malam hingga Minggu malam,” tutur Dimas saat pembukaan cafenya, Senin (28/6/2022) malam.
Di halaman café yang buka mulai pukul 14.00 – 22.00 WIB itu, juga disediakan lapangan basket dan badminton, yang bisa digunakan para pengunjung café.
Dimas sendiri mengaku menargetkan pangsa pasarnya untuk semua kalangan, baik anak muda maupun keluarga. Soal harga, Dimas menyebut untuk makanan harga termurah adalah Rice Bowl Egg yang dijual Rp 15.000. Adapun termahal adalah Fish and Chips yang dibanderol Rp 39.000.
“Kami juga menyediakan masakan tradisonal seperti aneka nasi goreng, mie, dan lainnya. Adapun masakan western ada fish and chips, rice bowl, dan banyak lainnya,” tutur Dimas yang darah bisnisnya mengalir dari sang ayah, Arif Bayu pemilik Restoran Joglo Tepi Sawah Salatiga.
Sesuai namanya, Stasiun Kopi Joglo, di café tersebut disediakan aneka kopi yang diracik sedemikian rupa sehingga memberikan sensasi rasa yang berbeda. Baik itu aneka kopi dengan manual brew, espresso, cappuccino, hingga aneka coklat pun ada. Guna menjalankan usahanya tersebut, Dimas dibantu 9 orang staf.
Kis Miarso, salah satu pengunjung mengaku menikmati suasana di cafe joglo tersebut. Bangunan yang terkesan klasik tersebut mengingatkannya pada rumah di desa ketika masih muda.
“Nuansa joglo dan segala ornamennya itu menambah rasa yang nyaman ketika menikmati kopi dan makan bersama keluarga dan teman. Enjoy banget di sini,” tutur Kis Miarso yang malam itu datang bersama keuarganya.
Adapun Irfan Sky yang malam itu datang bersama rekannya, Agung Katut, mengaku betah berlama-lama di Stasiun Kopi Joglo karena suasananya yang tenang dengan ornamen klasik yang membuat suasana asik.
“Benar-benar tak terasa mas, saya sudah di sini sejak sekitar pukul 16.00, kini sudah pukul 21.30, masih saja belum kerasa bosan ngobrol sama teman dan menikmati kopi,” tutur Irfan yang merupakan dosen hukum di sebuah universitas swasta ternama di Semarang itu. (-)
Bagikan