Petani Jateng Sekarang Cenderung Senangi Pertanian Organik, Ini Alasannya

Minggu, 29 September 2024 09:16 WIB

Penulis:SetyoNt

Editor:SetyoNt

Screenshot_2021-06-12-09-40-27-20.jpg
Wabup Sleman Danang Maharaja saat melakukan panen pertanian organik (Humas Sleman) (dok. Humas sleman)

Semarang, Jatengaja.com - Para petani di Jawa Tengah (Jateng) sekarang lebih cenderung menyenangi pertanian organik. Selain meningkatkan harga produk pertanian, mutu tanaman pangan meningkat, dan lebih tahan serangan hama.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jateng, Dyah Lukisari menyatakan minat petani untuk bertani organik semakin tinggi, dilihat dari pengajuan sertifikasi pertanian organik yang meningkat sejak 2023.

Menurut Dyah, berdasarkan data Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Provinsi Jateng pada 2023, sudah ada total 19,16 hektare perkebunan kopi yang disertifikasi organik, sedangkan pada 2024, total 726,69 hektare yang sedang berproses sertifikasi organik. 

“Minat petani terhadap pertanian organik semakin banyak. Ini mengingat kondisi pertanian organik yang lebih tahan serangan hama, kemudian lebih sehat, dan permintaan konsumen akan produk organik meningkat,” ujarnya melalui pesan singkat, Jumat 26 September 2024 dilansir jatengprov.go.id.

Untuk memudahkan petani, lanjut Dyah, Dishanpan Jateng telah memiliki Lembaga Sertifikasi Organik Provinsi Jateng, yang bertugas melakukan penilaian sertifikasi organik. Di Pulau Jawa, baru Jateng dan Jatim yang memiliki LSO berstatus negeri.

Syarat untuk mendapatkan sertifikat organik di antaranya lahan harus absen menggunakan bahan kimia selama 2-3 tahun. Selain itu, air irigasi dan lahan harus bersih dari “polusi” pupuk kimia.

“Kalau untuk wilayah yang mengajukan sertifikasi pertanian organik, ada Wonogiri, Kendal, Pekalongan, Brebes, Batang dan Purworejo. Kalau produk pertaniannya ada kopi, beras, gula aren hingga manggis,” tuturnya.

Dyah berharap agar semakin banyak petani yang beralih ke budidaya tanaman organik, karena secara kesehatan tanah lebih bagus dan mengurangi pupuk kimia. 

“Kalau sisi harganya memang beda ketimbang produk biasa. Dari segi rasa, beras pun lebih enak,” tandasnya. (-)