Miris, demi Gadget Anak Muda Rela Berutang

Rabu, 05 November 2025 08:48 WIB

Penulis:Sulistya

Editor:Sulistya

Ilustrasi orang memegang hp di depan laptop.
Ilustrasi orang memegang hp di depan laptop.

Jakarta, Jatengaja.com - Demi mendapatkan gadget terbaru, khususnya smartphone, banyak dari generasi Milenial dan Gen Z kini memilih menggunakan layanan paylater sebagai solusi instan. Kini, tren beli sekarang bayar nanti (buy now pay later/BNPL) makin mengakar di kalangan anak muda Indonesia. 

Fenomena ini turut mendorong pertumbuhan signifikan industri pembiayaan digital, termasuk Indodana Finance yang mencatat kinerja positif dalam beberapa tahun terakhir.

Direktur Indodana Finance, Iwan Dewanto, mengungkapkan bahwa sektor elektronik dan gadget masih menjadi penopang terbesar penggunaan paylater di platform mereka. Minat yang tinggi membuat kerja sama dengan merchant terus meluas.

“Kerja sama kategori elektronik dan gadget juga meluas dari merchant brand global hingga gerai-gerai lokal di berbagai wilayah Indonesia,” ujar Iwan, dalam keterangan resminya, dikutip 4 November 2025.

Fenomena ini sejalan dengan gaya hidup generasi muda yang lekat dengan teknologi dan kebutuhan untuk selalu mengikuti tren. Bagi banyak anak muda, membeli smartphone terbaru tak hanya soal fungsi, tetapi juga identitas dan gaya hidup digital.

Baca juga : Plustik Sulap Bungkus Mi Instan jadi Paving Block hingga Perahu

Paylater Jadi “Jalan Pintas” Gen Z

Iwan menjelaskan bahwa kelompok usia produktif mendominasi pengguna layanan paylater. “Untuk kelompok usia, masih didominasi oleh generasi Milenial dan Z yang sudah berpenghasilan dan mampu berbelanja disesuaikan dengan tingkat kemampuannya,” jelasnya.

Paylater sering dianggap solusi praktis untuk memenuhi keinginan belanja cepat tanpa harus menabung terlebih dahulu. Meski begitu, tren konsumtif ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya beban utang di kalangan anak muda yang belum matang secara finansial.

Pertumbuhan industri paylater terus meroket. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan paylater yang disalurkan perusahaan pembiayaan tumbuh 79,91% secara tahunan (year-on-year) dengan nilai mencapai Rp9,97 triliun per Agustus 2025. Angka ini menunjukkan tingginya adopsi layanan pembayaran tunda di masyarakat.

Namun, pertumbuhan agresif ini juga diiringi dengan risiko kredit macet. Indodana mengklaim tingkat non-performing financing (NPF) netto mereka masih terjaga di bawah batas aman OJK, yakni tidak lebih dari 5%.

Untuk mencegah lonjakan gagal bayar terutama di kalangan pengguna muda, Indodana memperketat proses pemberian kredit. “Perusahaan juga terus mengedepankan penerapan langkah manajemen risiko dan tata kelola yang komprehensif untuk memastikan perusahaan dapat terus tumbuh secara sehat dan berkelanjutan,” kata Iwan.

Selain pengawasan internal, edukasi finansial juga menjadi fokus perusahaan. Indodana rutin memberikan edukasi agar pengguna lebih cermat dalam menggunakan paylater sesuai kemampuan bayar. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi perilaku konsumtif dan mendorong literasi keuangan yang lebih baik.

Dengan tingginya minat anak muda terhadap paylater, terutama untuk membeli smartphone dan perangkat elektronik lainnya, industri ini diprediksi masih akan terus berkembang. Tantangan terbesar adalah menjaga agar gaya hidup “utang demi gaya” tidak menjadi beban finansial jangka panjang. 

Kombinasi pertumbuhan bisnis dan literasi keuangan akan menjadi kunci agar ekosistem paylater tetap sehat dan berkelanjutan. (-)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 04 Nov 2025