jateng
Kamis, 26 Juni 2025 23:52 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt
Karanganyar, Jatengaja.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharynto menyebutkan selama periode Januari hingga 23 Juni 2025 telah terjadi 1.713 bencana di Indonesia.
Bencana tersebut, terdiri atas bencana hidrometeorologi basah sebesar 92%, hidrometeorologi kering sebanyak 7%, serta geologi vulkanologi sebanyak 1%.
Hal ini disampaikan Kepala BNPB Suharyanto pada acara Jambore Nasional ke-3 Relawan Muhammadiyah Aisyiyah di Wonder Park, Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengah, Kamis 26 Juni 2025.
Dari jumlah bencana ini, menurut Suharyanto provinsi Jawa Tengah (Jateng) menjadi ketiga dengan jumlah kejadian bencana tertinggi di Indonesia dengan sebanyak 162 kejadian.
Peringkat pertama provinsi dengan kejadian bencanamya tertinggi adalah Jawa Barat dengan jumlah 243 bencana disusul Jawa Timur sebanyak 199 bencana.
“Saya masih ingat, dari 1 Januari sampai Juni ini banyak bencana di Kudus, Sayung Demak, tapi Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah belum teriak ke BNPB. Gubernur bisa mengatasi sendiri," kata Suharyanto.
Terkait bencana ini, Kepala BNPB menyatakan tidak boleh lengah karena jumlah bencana juga sangat besar.
“Dalam empat tahun terakhir jumlah bencana fluktuatif, tetapi tidak pernah kurang dari 3.500 bencana. Rata-rata ada 20-25 bencana per hari," ujar Suharyanto.
Sementara, Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi tidak menyangkal bahwa telah terjadi banyak bencana di wilayahnya.
"Jawa Tengah merupakan salah satu market bencana nasional. Mencari bencana apa saja di Jawa Tengah ada. Ada banjir dan rob,” katanya.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinisi Jateng pada periode 1 Januari sampai 31 Mei 2025 ada sebanyak 152 kejadian.
Rinciannya banjir 86 kejadian; tanah longsor 17 kejadian; Cuaca Ekstrem 42 kejadian; Karhutla 1 kejadian; Kebakaran 6 kejadian.
Ahmad Luthfi menjelaskan, langkah antisipasi bencana salah satunya adalah pencegahan, antara lain terkait banjir, rob, dan pendangkalan muara bisa dicegah dengan normalisasi sungai dan mageri segoro dengan menanam mangrove sebanyak-banyaknya.
Langkah pencegahan berikutnya adalah mengurangi penggunaan air tanah yang menyebabkan turunnya muka tanah sehingga terjadi abrasi. Dalam hal ini edukasi kepada masyarakat harus dimasifkan.
“Edukasi tanggap bencana kepada masyarakat juga diperlukan, mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, sampai provinsi. Relawan tanggap bencana ini menjadi unsur utama dalam rangka quick respons kebencanaan,” ujarnya. (-)
Bagikan
kendaraan bermotor
2 hari yang lalu