pertamina
Selasa, 11 Januari 2022 14:26 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt
Jakarta, Jatengaja.com - Bangun empat kilang minyak baru, PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina International (KPI) membutuhkan investasi sekitar US$43 miliar atau setara Rp615 triliun (asumsi kurs Rp14.323 per dolar AS) hingga 2027.
Pembanggunan empat kilang baru tersebut untuk mewujudkan ketahanan energi nasional di masa depan untuk menekan impor bahan bakar minyak (BBM).
Menurut Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati investasi Pertamina untuk membuka kilang minyak tersebut diharapkan bisa menekan impor BBM mulai tahun depan.
"Mulai Oktober 2023, akan ada pengurangan impor dari BBM sebesar 100.000 barel per hari. Ini cukup besar nilainya," katanya dalam keterangan kepada salah satu televisi swasta, Selasa, 11 Januari 2022.
Nicke mengungkapkan, setidaknya ada empat proyek kilang yang akan serius digarap oleh Pertamina.
Pertama, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur dengan investasi US$7 miliar atau sekitar Rp100,2 triliun.
RDMP Kilang Balikpapan merupakan upaya Pertamina untuk meningkatkan kapasitas kilang dari 260.000 barel menjadi 360.000 barel per hari. Proyek ditargetkan selesai pada 2023.
"Kilang ini usianya 100 tahun tetapi kita maintain dan kita operasikan secara baik sehingga tetap masih produktif," kata Nicke.
Kedua, kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban yang dikerjakan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (Pertamina Rosneft).
Pertamina Rosneft merupakan perusahaan patungan antara Pertamina dengan Rosneft Singapore Pte Ltd yang merupakan afiliasi dari perusahaan migas Rosneft asal Rusia. Investasi pabrik petrokimia ini mencapai US$3,8 miliar setara Rp54,15 triliun.
Ketiga, RDMP Kilang Balongan dengan investasi sekitar US$1,2 miliar setara Rp17,18 triliun.
Keempat, RDMP Kilang Tuban yang dikerjakan PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha Pertamina yang berada di Tuban, Jawa Tengah. Proyek ini menelan investasi Rp168 triliun.
Selain keempat proyek tersebut, Pertamina juga akan mengebut proyek kilang BBM lainnya seperti Biorefinery Cilacap, Biorefinery Plaju, Kilang Dumai, RDMP Plaju, RDMP Cilacap, dan Petrochemical Jabar.
Pertamina saat ini memiliki total enam Sub Holding, yaitu Upstream Subholding, Refinery and Petrochemical Subholding, Commercial & Trading Subholding, Power & New Renewable Energy Subholding, Gas Subdolding, dan Integrated Marine Logistic Company Subholding. Untuk Refinery and Petrochemical Subholding diserahkan sepenuhnya di bawah tanggung jawab KPI.
Dengan investasi ratusan triliun tersebut, Pertamina lewat KPI berencana meningkatkan kapasitas pengolahan dan produksi serta tipe minyak mentah.
Dalam rencana perusahaan, kapasitas pengolahan akan meningkat dari 1 juta barel per hari (BPD) menjadi 1,4 juta BPD.
Dengan peningkatan kapasitas pengolahan, produksi BBM ditargetkan menjadi 1,2 juta BPD dari saat ini 700.000 BPD. Sementara produksi petrokimia menjadi 8 juta ton per annum (TPA) dari 1,66 juta TPA saat ini. Tipe minyak mentah pun meningkat menjadi tipe sour dari tipe sweet.
Berdasarkan standar nilai American Petroleum Index (API), tipe sour adalah tipe minyak bumi yang memiliki kandungan sulfur di atas 0,5%, sedangkan yang beratnya di bawah 0,5% diklasifikasikan sebagai tipe sweet.
Selain menaikkan tipe minta, Pertamina bertujuan meningkatkan kualitas produk menjadi Euro 5 dari saat ini hanya Euro 2. Kualitas produk ini menyangkut standar emisi yang dikeluarkan otoritas Uni Eropa. Saat ini, Eropa sendiri sudah menerapkan Euro 6 guna memperbaiki kualitas udara dari produk BBM.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Daniel Deha pada 11 Jan 2022
Bagikan
pertamina
2 tahun yang lalu
PT Pertamina (Persero)
3 tahun yang lalu