Tenang, Meski Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp6.419 Triliun Cicilan Masih Aman

SetyoNt - Kamis, 15 Agustus 2024 23:25 WIB
Ilustrasi utang.

Jakarta, Jatengaja.com – Utang Luar Negeri Indonesia tercatat mengalami peningkatan pada triwulan II-2024, dengan total posisi utang mencapai US$408,6 miliar atau sekitar Rp6.419 triliun (kurs Rp15.710). Nilainya tercatat tumbuh sebesar 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), dibandingkan atas triwulan I 2024 yang presentasenya mengalami kenaikan 0,2%.

Dari Total posisi utang indonesia Rp6.419 triliun diketahui sektor publik dan swasta mendominasi porsi kenaikan utang ini, di sektor publik tercatat sebesar US$191 miliar atau sekitar Rp3000 triliun , mengalami kontraksi sebesar 0,8% (yoy).

Kontraksi ini melanjutkan tren yang sudah terlihat sejak triwulan sebelumnya. Tren ini terjadi salah satunya disebabkan oleh berkurangnya kepemilikan investor nonresiden dalam Surat Berharga Negara (SBN) domestik.

Meskipun mengalami kontraksi, utang luar negeri pemerintah tetap dimanfaatkan untuk mendukung berbagai sektor produktif dan belanja prioritas. Beberapa sektor utama yang mendapat pembiayaan antara lain jasa kesehatan dan sosial (20,9%), administrasi pemerintah dan jaminan sosial (18,8%), jasa pendidikan (16,8%), konstruksi (13,6%), serta jasa keuangan dan asuransi (9,5%).

Menurut Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, sebagian besar utang luar negeri pemerintah memiliki jangka waktu yang panjang, dengan proporsi mencapai 99,99%.

Sementara itu, utang luang negeri sektor swasta juga mengalami peningkatan, dengan posisi nilai saat ini mencapai US$196,5 miliar atau sekitar Rp, tumbuh 0,3% (yoy) setelah sebelumnya mengalami kontraksi. Pertumbuhan terjadi didorong oleh peningkatan ULN pada perusahaan nonkeuangan.

Utang luar negeri sektor swasta banyak dimanfaatkan oleh beberapa sektor utama, termasuk industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan, dengan total pangsa mencapai 79,1%.

Sebagian besar ULN sektor swasta juga didominasi oleh utang jangka panjang, yang mencapai proporsi 76,7%.

Secara keseluruhan, Bank Indonesia mengklaim struktur utang luar negeri Indonesia tetap dalam kondisi sehat, dengan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,9%. Dominasi utang jangka panjang yang mencapai 85,7% dari total utang luar negeri menegaskan posisi Indonesia yang masih menjaga keberlanjutan pengelolaan utang luar negeri dengan baik.

"Pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola utang luar negeri secara pruden, terukur, oportunistik dan fleksibel untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal," kata Erwin Haryono dilansir dari trenasia.com jaringan Jatengaja.com.

Kemampuan Bayar Hutang

Cadangan devisa Indonesia pada bulan Juli 2024 mencapai US$145,4 miliar, atau sekitar Rp2.284 triliun. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar US$5,2 miliar atau sekitar Rp81.6 triliun dibandingkan posisi akhir Juni 2024 yang tercatat sebesar US$140,2 miliar atau sekitar Rp2.202 triliun.

Menurut Erwin, peningkatan cadangan devisa didorong oleh penerbitan sukuk global oleh pemerintah serta peningkatan penerimaan pajak dan jasa. Kenaikan ini mencerminkan tingginya kepercayaan investor global terhadap perekonomian Indonesia.

Dengan cadangan devisa sebesar itu, Indonesia mampu membiayai kebutuhan impor dan pembayaran cicilan utang luar negeri pemerintah untuk 6,3 hingga 6,5 bulan ke depan. Angka ini jauh di atas standar kecukupan internasional yang umumnya berada di kisaran tiga bulan impor.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 15 Aug 2024

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS