Selama Ramadhan, di Kota Semarang Ditemukan 20% Bahan Pangan Mengandung Zat Berbahaya
Semarang, Jategaja.com - Hasil pengujian sampel bahan pangan yang beredar selama Ramadhan di Kota Semarang ditemukan 15% hingga 20% mengandung zat berbahaya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, Bambang Pramusinto menyatakan sudah menemukan sampel makanan mengandung bahan berbahaya di antaranya boraks dan formalin.
“Dari sampel bahan pangan yang dilakukan pengujian selama Ramadhan ditemukan 15 persen hingga 20 persen mengandung zat berbahaya,” katanya dilansir dari semarangkota.go.id, Kamis (30/3).
- PLN Siapkan 10 Ribu Kursi Gratis Mudik Lebaran
- Pemkot Pekalongan Gratiskan Tiket Masuk Wisata pada 1 April 2023
- Peran Penting Humas Menjaga Komunikasi Pemerintah dengan Masyarakat
- 92% Desa di Jateng Sudah Bebas Masalah BAB Sembarangan
- Semen Baturaja Raih Kredit Rp901,425 Miliar
Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Kota Semarang, lanjut Bambang terus melakukan pengawasan bahan pangan di pasar tradisional selama Ramadhan guna mengetahui sejauh mana tingkat kualitas keamanan pangan di Semarang.
Pengecekan keamanan pangan dilakukan menggunakan mobil laboratorium milik Dishanpan yang baru dua minggu ini beroperasi. Dengan mobil ini, bisa langsung diketahui hasilnya.
Beberapa bahan pangan yang diambil sampel untuk dilakukan pengecekan antara lainbakmi, ikan asin, bakso, daging ayam, sayuran, hingga manisan.
"Kami ambil sampelnya terutama makanan basah dan langsung kami cek di mobil lab," papar Bambang.
Selama Ramadhan Dihanpan Kota Semarang sudah menemukan sampel makanan mengandung bahan berbahaya di antaranya boraks dan formalin.
Begitu menemukan sampel positif mengandung bahan berbahaya, langsung mengedukasi kepada pedagang agar tidak kulakan di produsen yang sama.
Saat ini, Pemkot Semarang sudah memiliki Perda Keamanan Pangan. Hanya saja, pihaknya belum menerapkan sanksi namun baru tahapan edukasi kepada masyarakat.
“Hadirnya mobil laboratorium semakin mengoptimalkan pengecekan keamanan pangan di Kota Semarang yang sebelumnya dilakukan pengecakan pangan secara manual dengan mendatangi pasar tradisional maupun pasar modern dua kali dalam sepekan,” ujarnya
Saat ini, pihaknya lebih fleksibel dalam melakukan pengwasan pangan menggunakan mobil laboratorium yang bisa bergerak tidak hanya di pasar tapi juga ke sekolah-sekolah.
"Seringkali jajanan yang dijual untuk anak-anak mengandung pewarna tekstil atau formalin jadi kita edukasi pedagang,” tandasnya. (-)