Ribuan Ekor Sapi di Jateng Terkena Penyakit Mulut dan Kuku, Ini Langkah Dilakukan Disnakkeswan

SetyoNt - Selasa, 07 Januari 2025 21:10 WIB
Petugas dari Disnakkeswan Jateng sedang memeriksa sapi untuk mencegah Penyakit Mulut dan Kuku. (Jatengaja.com/dok. Humas Pemprov Jateng)

Semarang, Jatengaja.com – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah menyebutkan ribuan ekor sapi terkena penyakit mulut dan kuku yang disebabkan oleh Apthovirus.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disnakkeswan Jawa Tengah (Jateng), Hariyanta Nugraha menyatakan, jumlah sapi yang terpapar penyakit mulut dan kuku sebanyak 2.026 ekor.

“Dari jumlah tersebut, ternak yang dinyatakan sembuh ada 25 ekor, ternak mati 52 ekor, ternak dipotong ada 12 ekor, dan sebanyak 1.937 ekor masih dalam upaya penanganan,” katanya dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (7/1/2025).

Untuk menanganani kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) tersebut, lanjut Hariyanta telah membentuk tim yang berkoordinasi antar pusat, provinsi, hingga kabupaten.

Pada Minggu (5/1/2025) Jateng mendapatkan alokasi sebanyak vaksin 8.750 dosis, dan sudah distribusikan ke beberapa kabupaten.

“Kita juga upayakan kebersihan kandang, sudah kita disinfeksi, terutama pasar hewan dan kandang, sudah dilakukan penyemprotan desinfektan,” ujarnya.

Selain itu, imbuh Plt Kepala Disnakkeswan Jateng juga telah menurunkan tim investigasi untuk melakukan penelitian terhadap dugaan kasus PMK yang dilaporkan.

Tim juga bertugas melakukan sosialisasi dan edukasi kepada peternak, terkait penyakit yang menyerang hewan berkaki belah atau ruminansia, seperti kambing, sapi, babi, domba, hingga kerbau.

Hariyanta menyebutkan , beberapa faktor memengaruhi munculnya kembali PMK di antaranya masih ada ternak sapi yang belum divaksinasi secara berkala. Selain itu, adanya transaksi ternak di pasar lintas wilayah yang terinfeksi.

“Berapa daerah mengalami serangan masif PMK. Di antaranya, Blora, Wonogiri, Sragen, dan Pati,” ucapnya.

Sebelum PMK merebak di Jateng, di Jatim sudah merebak duluan, karena memang pasar-pasar hewan di perbatasan itu ada yang dari Jateng, Jatim, kalau tidak laku akan digeser ke pasar lain dan itu memang potensi penyebaran melalui lalu lintas ternak.

Ditambahkan, penyakit mulut dan kuku tidak menular ke manusia. Sehingga, daging sapi yang terinfeksi masih dapat dikonsumsi, kecuali bagian mulut dan tlacak atau kaki, serta jeroan.

"Kondisi ini memengaruhi nilai jual ternak sapi. Kepada peternak, kita minta jaga kebersihan kandang, desinfeksi dan batasi hewan atau manusia yang masuk ke kandang. Kalau sapi sakit, tetap usahakan diberi makan dengan diloloh, supaya ada energi dan kekebalan tubuh,” ujar Hariyanta. (-)

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS