Si Bening untuk Tekan Angka Stunting

Sulistya - Kamis, 14 Juli 2022 19:19 WIB
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi meluncurkan program Semua Ikut Bergerak bErsama meNangani stunting (Si Bening) untuk menurunkan angka stunting. (dok/semarangkota.go.id)

Semarang, Jatengaja.com – Pemerintah Kota Semarang terus berupaya menurukan angka stunting. Berdasar kan data, terdapat dua versi angka stunting di Kota Semarang.

Versi pertama yaitu menurut operasi timbang, angka stunting di Kota Semarang adalah 3,10% atau 1.367 dari 44.058 anak. Versi kedua adalah menurut hasil survei SSGI yaitu 21,3% atau 65 dari 306 anak. Pemkot Semarang menargetkan angka tersebut dapat turun menjadi 14% pada tahun 2024.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menuturkan, wujud komitmen menurunkan stunting adalah dengan meluncurkan program Semua Ikut Bergerak bErsama meNangani stunting (Si Bening), di Balai Kelurahan Salaman Mloyo, Kecamatan Semarang Barat, Selasa (12/7).

Peluncuran dilakukan dalam rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Kota Semarang. Hendi, sapaan akrabnya optimistis Si Bening akan efektif menekan angka stunting.

“Konsep Si Bening ini pada dasarnya adalah gotong royong. Sama seperti saat kita peluncuran Sicentik yang pada dasarnya penerapan bergerak bersama dalam pemberantasan DBD. Alhamdulillah angka DBD di Kota Semarang terbukti bisa ditekan,” kata wali kota dalam siaran persnya.

Si Bening adalah salah satu bukti keseriusan Pemkot Semarang dalam mengatasi masalah stunting.

"Jika ternyata (Si Bening) masih kurang mencapai target, maka akan kita lakukan inovasi-inovasi lainnya. Jadi kita lihat dulu sesuai situasi dan kondisi," kata Hendi.

Ketua Forum Kota Sehat Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi berharap bantuan yang telah diberikan Pemkot Semarang bisa diteruskan oleh stakeholder yang lain dalam rangka bersama-sama mengatasi persoalan stunting di Kota Semarang.

“Pemerintah Kota Semarang melalui DKK telah memberikan bantuan kepada anak-anak stunting dengan memberikan makan 3x sehari selama 2 bulan. Namun hal tersebut tidak mungkin akan berlanjut terus mengingat biaya yang dibutuhkan sangat besar. Harapan saya, pemberian bantuan ini akan diteruskan oleh lurah maupun Muspida-muspida sebagai orang tua asuh,” kata Tia. (-)

Editor: Sulistya

RELATED NEWS