Program Makmur PKT Beri Dukungan Petani Milenial Untuk Sukses

SetyoNt - Minggu, 28 November 2021 17:22 WIB
Acara talk show bertema “Cerita Petani Milenial, Mendapat Berkah dari Kebun” yang digelar Demfarm.id Minggu, 28 November 2021 (Jatengaja.com/istimewa)

Jakarta, Jatengaja.com - Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian terluas di dunia sehingga mayoritas profesi masyarakat adalah petani di sawah.

Seiring perkembangan zaman, keberadaan petani semakin hari semakin berkurang karena minimnya minat generasi muda pada sektor pertanian. Menjadi petani masih dianggap sebagai profesi tidak bergengsi.

Untuk itu, Demfarm.id menggelar talk show bertema “Cerita Petani Milenial, Mendapat Berkah dari Kebun” Minggu, 28 November 2021.

Kegiatan yang bertepatan dengan peringatan Hari Menanam Pohon Nasional dilaksanakan secara daring dengan menghadirkan 100 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari blogger, journalist, dan masyarakat umum di wilayah Indonesia.

Talk show menghadirkan tiga narasumber dengan latar belakang yang berbeda, diantaranya Soraya Cassandra selaku Founder Kebun Kumara, Adrian R.D. Putera selaku Project Manager Program Makmur PKT, dan Iqbal sebagai perwakilan petani milenial binaan PKT.

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan minat generasi muda di bidang pertanian, dimulai dengan bercocok tanam dari rumah. Sehingga dengan munculnya minat tersebut, ke depan akan lahir petani-petani milenial yang sukses memajukan sektor pertanian Indonesia.

Sejumlah program dan pengembangan sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak lainnya. Salah satunya Program Makmur dari PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), yang merupakan perusahaan industri pupuk terbesar di Indonesia.

Program ini menjadi solusi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani. Implementasi program tersebut terbukti mampu meningkatkan produktivitas pada komoditas jagung sebesa 42% dan padi sebesar 34%.

Begitu juga dari sisi keuntungan petani, terjadi kenaikan, yaitu untuk petani jagung hingga 52% dan petani padi sebesar hingga 41%.

Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera, mengatakan program ini merupakan komitmen perusahaan dalam rangka meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian di Indonesia.

“Program Makmur kita laksanakan di sejumlah wilayah tanggungjawab distribusi PKT, seperti Jawa Timur, Kalimantan, dan Sulawesi,” katanya.

Program Makmur, lanjut Adrian, merupakan upaya PKT dalam meningkatkan penggunaan pupuk nonsubsidi dalam negeri, dengan menciptakan ekosistem untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan petani Indonesia, termasuk petani milenial

Melalui program Makmur memberikan ekosistem lengkap yang bertujuan meningkatkan produktivitas hingga penghasilan petani. Ekosistem ini menghubungkan petani dengan pihak project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, pemerintah daerah, agro input, ketersediaan pupuk non subsidi, dan offtaker.

“Jadi program Makmur ini berlaku untuk semua petani, termasuk petani milenial. Harapan kami akan semakin banyak petani muda yang memajukan pertanian di daerah masing-masing sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional bisa kita tercapai. Sektor ini butuh tenaga milenial,” ujarnya.

Iqbal Petani Milenial

Salah satu petani milenial yang sukses mengikuti program Makmur adalah Iqbal. Pemuda asal Jember Jawa Timur ini memilih profesi menjadi petani karena ingin mematahkan stigma buruk mengenai profesi petani.

“Menjadi petani adalah suatu pengabdian karena selain ketekunan, regenerasi juga dibutuhkan. Apalagi, kehadiran modernisasi turut memberi peluang besar untuk digarap generasi milenial demi mengambil ceruk pasar yang sangat potensial lewat inovasi dan terobosan segar,” katanya.

Menurut Iqbal modal dasar menjadi petani adalah ilmu, mulai mengetahui strategi, pasar, dan mengadopsi teknologi pertanian. Sehingga bertani tidak lagi menjadi pekerjaan yang berat semata.

Jika sudah paham dengan teknologi pertanian, maka akan lebih mudah dapat peluang untuk meraih kesuksesan.

“Jadi latar belakang saya memilih menjadi profesi sebagai petani, kan tujuan dari kerjaan profit,” katanya.

Iqbal menambahkan dalam satu tahun bisa melakukan empat kali panen, dengan masa tanam selama 60 hari.

“Saya mengajak generasi muda kembali bertani dan mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Jika ditinjau dari pengalaman, menjadi petani malah pekerjaan yang paling diidamkan pada masa tua seseorang. Jadi kenapa tidak kita mulai saja dari muda,” kata Iqba telah memiliki anggota 100 petani milenial.

Sementara, Founder Kebun Kumara, Soraya Cassandra mengajak masyarakat untuk menjadi petani milenial dimulai dengan membuat kebun di rumah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kebun Kumara kami buat untuk mengajak lebih banyak teman Gen Z untuk memulai langkah kecil menjadi petani milenial di rumah sendiri dan membiasakan diri melakukan kebaikan untuk diri sendiri dan bumi,” jelasnya.

Sandra berbagi tips berkebun agar terhindar dari hewan-hewan liar yang mengganggu tanaman, misalnya serangga dengan menanam tumbuhan pengalih, seperti tanaman bunga basil, kemangi atau tanaman berdaun wangi lainnya.

“Suka duka berkebun itu ya salah satunya gangguan serangga. Tapi kalau belum gede intervensinya tak apa-apa, menandakan kebun kita itu sehat. Tapi kalau intervensinya udah gede dan tidak seimbang apalagi merugikan, bisa tanam tanaman pengalih. Untuk hewan seperti tikus, tutup semua jalan masuknya,” saran Sandra. (-)

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS