Penanganan Stunting di Kota Semarang Dinilai Barhasil, Akan Dijadikan Contoh di Indonesia
Semarang, Jatengaja.com - Kepala BKKBN Pusat, Hasto Wardoyo menilai penanganan stunting di Kota Semarang berhasil baik dengan angka penurunan mencapai angka 10% lebih.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), tercatat penurunan angka stunting di Kota Semarang berada di angka 10.9%.
“Kami mengapresiasi dan menjadikan inovasi yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang sebagai percontohan serta rujukan pengendalian stunting di Indonesia,” katanya saat membuka Pembekalan dan Orientasi Tim Pendampingan Keluarga (TPK) di Aula Kecamatan Gajahmungkur, Semarang, Kamis (9/3) dilansir dari semarangkota.go.id.
- Crazy Rich Surabaya Wahyu Kenzo Rugikan Member hingga Rp9 Triliun
- Sudah Dipecat, Rafael Alun Dipastikan Tak Dapat Uang Pensiun
- Gaikindo Menilai Target Produksi 1 Juta Mobil Listrik pada 2035 Berat
- Popda Membentuk Karakter dan Disiplin Pelajar
- Pembangunan Irigasi di Jateng Terus Ditambah
Pembekalan diberikan kepada sebanyak 3.822 orang Tim Pendampingan Keluarga (TPK) mulai tanggal 2 sampai dengan 21 Maret 2023 di 16 kecamatan dan 177 kelurahan.
Terbagi dalam 76 kelas atau angkatan pendampingan yang terdiri dari para bidan, TP PKK dan kader KB/ IMP sebanyak masing-masing 1.274.
Menurut Hasto pelatihan TPK ini akan dilakukan secara terus menerus dan selesai sebelum lebaran. Para kader diberikan ilmu praktis untuk menasehati tetangga.
Sumber ilmu kedokteran diterjemahkan dalam bahasa sehari-hari oleh instruktur sehingga kader TPK dapat mengedukasi, tetangga ingatkan tetangga
BKKN imbuh Hasto juga bekerjasama dengan Kementrian Agama, untuk melakukan screening usia nikah di atas 19 tahun dan pembentukan Genre sebagai duta generasi berencana.
“Pelibatan generasi muda khususnya usia SMA diharap mampu mengajak dan mengkomunikasikan keluarga berencana pada teman sebayanya,” ujarnya.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu dalam kesempatan sama menyatakan dalam mengatasi persoalan stunting setiap wilayah punya treatment masing-masing.
Hal ini, lanjutnya, dikarenakan kasus stunting tidak melulu dikarenakan permasalahan gizi melainkan juga pola asuh. Dicontohkannya, penanganan kasus stunting di Kecamatan Semarang Barat akan berbeda dengan di Semarang Utara.
Sebagai daerah industri dengan banyak ibu bekerja, Kecamatan Semarang Barat, terutama Kelurahan Kalipancur dan Kelurahan Manyaran dipilih sebagai lokasi pertama Rumah Pelita dengan penanganan terintegrasi, mulai dari pemenuhan gizi dan pola asuh.
Berbeda dengan kondisi di Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara karena kemampuan dan tingkat kemiskinan sehingga gizinya kurang, meski pendampingan orang tua ada.
Mbak Ita panggilan Wali Kota Semarang menyambut baik dibentuknya Tim Pendampingan Keluarga (TPK) yang menambah kekuatan di dalam upaya mempercepat penanganan stunting.
“Keberadaan TPK yang terdiri dari bidan, kader PKK dan kader KB ini akan menjadi tambahan support dan suplemen bagi percepatan penurunan stunting di Kota Semarang,” ujarnya. (-)