Pembangunan Proyek Masjid Sriwedari Solo Molor dan Nunggak Utang Rp86,4 Miliar
Solo, Jatengaja.com - Pembangunan proyek Masjid Sriwedari Kota Solo diketahui molor karena sempai sekarang belum rampung dan masih memiliki utang sekitar Rp86,4 miliar pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) selaku pelaksana pekerjaan masjid tersebut.
Nominal utang Rp86,4 miliar tersebut diketahui dari laporan keuangan WIKA baru-baru ini. Sebagai informasi, Masjid Sriwedari Solo mulai dibangun pertengahan 2018 dengan target penyelesaian pekerjaan dua tahun atau selesai sekitar 2020.
Namun, sampai sekarang pembangunan proyek Masjid Sriwedari Solo yang direncanakan menelan dana hingga Rp165 miliar tak berjalan mulus menyusul adanya sengketa lahan Sriwedari antara ahli Waris Wiryodiningrat dengan Pemkot Solo.
- Gelar Operasi Yustisi Awal Ramadhan, Satpol PP Kota Semarang Tangkap 13 PGOT
- Selama Ramadhan, di Kota Semarang Ditemukan 20% Bahan Pangan Mengandung Zat Berbahaya
- PLN Siapkan 10 Ribu Kursi Gratis Mudik Lebaran
- Pemkot Pekalongan Gratiskan Tiket Masuk Wisata pada 1 April 2023
- Peran Penting Humas Menjaga Komunikasi Pemerintah dengan Masyarakat
Selain itu adanya Pandemi Covid-19 yang menggejala di Indonesia awal 2020 juga membuat sejumlah donatur maupun pengusaha yang awalnya berkomitmen untuk memberi bantuan pembangunan Masjid Sriwedari Solo mengurungkan niatnya.
Informasi yang dihimpun Trenasia.com jaringan Jatengaja.com, proyek Masjid Sriwedari mulai terkendala pada tahun 2020. Padahal pengerjaan proyek oleh WIKA saat itu sudah mencapai lebih dari 80%. Pembangunan pun berjalan sekadarnya hingga awal 2022 karena panitia masjid kehabisan dana.
Pada Agustus 2022, WIKA memutuskan menarik sejumlah bahan bangunan karena panitia masjid belum menyelesaikan kewajiban pembayaran. Praktis tak ada kelanjutan pembangunan fisik yang berarti setahun terakhir.
Turunnya putusan Mahkamah Agung yang membatalkan surat perintah sita eksekusi lahan Sriwedari pada akhir 2022 sempat membawa angin segar ihwal penyelesaian proyek masjid. Ketetapan hukum tersebut membuat Pemkot maupun pihak terkait lebih leluasa mencari dana, termasuk dari corporate social responsibility (CSR).
Namun hal tersebut ternyata belum berdampak sesuai harapan. “Belum ada dana lagi yang masuk, dari CSR maupun yang lain,” ujar Ketua Panitia Pembangunan Masjid, Achmad Purnomo, kepada TrenAsia, Rabu 29 Maret 2023. Hingga akhir 2022, panitia pembangunan masjid diketahui baru membayar Rp54 miliar pada WIKA.
Padahal volume pekerjaan yang sudah diselesaikan mencapai 85% atau sekitar Rp140 miliar. Adapun sisa 15% pekerjaan diperkirakan memerlukan dana sekitar Rp24-25 miliar. Purnomo memperkirakan kebutuhan masjid kini bisa lebih dari Rp165 miliar karena sejumlah penambahan untuk penataan kawasan. “Sebenarnya tinggal 15%. Harapannya bisa segera terpenuhi melalui CSR atau APBD jika memungkinkan,” tutur mantan Wakil Wali Kota Solo itu.
Disinggung mengenai utang panitia pada WIKA yang mencapai Rp86,4 miliar, Purnomo tak menampiknya. Pihaknya berkomitmen segera melunasi kewajiban tersebut apabila sudah ada dana yang masuk. “Hal ini menjadi perhatian panitia.” Beberapa waktu lalu WIKA sudah mengingatkan terkait kewajiban pembayaran dalam proyek Masjid Sriwedari.
- Jamkrindo Beri Pelatihan Pemanfaat Media Digital untuk Tingkatkan Reputasi Bisnis UMKM
- Mengenal Surface Mining, Penambangan Terbuka Tanpa Peledakan di Pabrik SIG Tuban
- Segera Manfaatkan, Tambah Daya Pelanggan 450 VA hingga 5.500 VA Cuma Rp200 Ribu
Manajer proyek Masjid Sriwedari dari PT WIKA, Agung Budiarto, mengatakan biaya proyek Rp165 miliar berpotensi membengkak karena pengerjaan yang terhambat. Pihaknya perlu menghitung ulang kebutuhan masjid menyusul molornya proyek. “Kami juga berharap pembangunan ini bisa segera selesai. Ini kan masjid untuk umat,” ujarnya.
Sejumlah utang dari pihak ketiga membuat WIKA harus merugi hingga Rp59,59 miliar pada 2022 setelah meraup laba pada 2021. Pada 2021, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang konstruksi ini membukukan laba bersih sebesar Rp117,66 miliar dengan penurunan 36,65% dari Rp185,76 miliar pada tahun 2020.
Wijaya Karya mencatat kerugian pada tahun 2022 walaupun pendapatannya mengalami kenaikan 20,61% menjadi Rp21,48 triliun dari Rp17,8 triliun pada tahun sebelumnya. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Chrisna Chanis Cara pada 30 Mar 2023