Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2024 Surplus Rp506,99 Triliun, Sinyal Positif Ekonomi 2025
Jakarta, Jatengaja.com - Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2024 tercatat surplus sebesar US$31,04 miliar atau sekitar Rp506,99 triliun (kurs Rp16.300) . Meski lebih rendah dibandingkan surplus tahun 2023 yang mencapai US$36,89 miliar atau sekitar Rp601,31 triliun, tapi angka ini dinilai mencerminkan perekonomian yang solid dan menjadi sinyal positif untuk prospek ekonomi 2025.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan total ekspor Indonesia sepanjang 2024 meningkat 2,29 persen secara tahunan (yoy), dengan volume ekspor naik signifikan sebesar 5,37 persen (yoy).
Peningkatan ini didorong oleh sektor industri pengolahan yang menyumbang hingga 74,25 persen dari total ekspor. Hal ini menunjukkan keberhasilan dalam menggerakkan sektor manufaktur sebagai salah satu pilar utama ekonomi nasional.
- BI Jateng Fasilitasi UMKM Binaan Kwadungan Java Temanggung Ekspor Kopi ke Taiwan
- Bagaimana Nasib Honorer Setelah Resmi Dihapus Pemerintah
- Bukalapak Buka-Bukaan Alasan Ganti Haluan Bisnis
- SIG Bantu Peternak Puyuh Andalas Memproduksi 4.000 Telur/Hari
- Pertamina Patra Niaga Beli Minyak Jelantah Rp6.000 per Liter, Ini Cara Menjualnya
“Tren positif neraca perdagangan yang berlanjut sepanjang tahun 2024 menjadi kabar baik di awal tahun ini mencerminkan perekonomian Indonesia yang tetap solid," kata Febrio Kacaribu di Jakarta, Kamis,16 Januari 2024 dilansir dari Trenasia,com.
Menurut Febrio, bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta besi dan baja menjadi tiga komoditas utama yang mendominasi ekspor nonmigas. Dari segi tujuan ekspor, China, Amerika Serikat, dan Jepang tetap menjadi mitra dagang terbesar, memperlihatkan stabilitas hubungan perdagangan dengan negara-negara tersebut.
Pada tahun 2024, nilai impor Indonesia mencapai US$233,66 miliar atau sekitar Rp3.808,66 triliun, meningkat 11,07 persen (year-on-year/yoy). Kenaikan ini terutama terjadi pada impor bahan baku/penolong dan barang modal, sejalan dengan peningkatan aktivitas ekspor di sektor industri pengolahan. Peningkatan ini mencerminkan tingginya permintaan domestik untuk mendukung pengolahan industri.
Namun, tidak semua sektor mengalami pertumbuhan. Sementara impor mesin dan perlengkapan elektrik serta mesin dan peralatan mekanis mencatat pertumbuhan, impor besi dan baja justru mengalami kontraksi.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong hilirisasi sumber daya alam, meningkatkan daya saing produk ekspor, serta melakukan diversifikasi mitra dagang guna menjaga stabilitas ekonomi. Langkah ini diharapkan dapat memperluas pangsa pasar ekspor dan mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu.
"Capaian ini juga memperkuat optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen dapat tercapai pada tahun 2024,” pungkas Febrio.
Berfokus pada hilirisasi dan peningkatan ekspor bernilai tambah, surplus neraca perdagangan yang dicapai diharapkan menjadi fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di tahun mendatang.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 16 Jan 2025