Ini Strategi Pemerintah Indonesia Turunkan Gas Rumah Kaca 231 Juta Ton Sampai 2025

SetyoNt - Kamis, 06 Oktober 2022 22:33 WIB
Ilustrasi krisis batu bara sebagai bahan utama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)

Jakarta, Jatengaja.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 231,2 Juta ton CO2 sampai 2025 guna mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.

Menurut Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna untuk mencapai target itu, melalui beberapa strategi antaranya dari sisi pasokan dilakukan melalui pemanfaatan PLTS atap, percepatan waste to energy, pengembangan PLTBm skala kecil, dan penambahan PLTA.

Sedangkan sisi permintaan, pemerintah mendorong penggunaan kompor induksi sebanyak 1,8 juta rumah tangga, dymethyl ether untuk menggantikan LPG rumah tangga. Kemudian, penerapan 300.000 mobil listrik dan 1,3 juta motor listrik, jaringan gas untuk 5,2 juta sambungan rumah, serta mandatori biodiesel 30 persen pada 2025.

“Energi terbarukan merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan emisi gas rumah kaca tersebut. Kita juga punya peta jalan untuk dekarbonisasi dalam rangka menuju NZE di 2060 atau lebih cepat," kata Andriah dalam diskusi daring Indonesia Sustainable Energy Week, di Jakarta, Kamis (6/9) dilansir dari trenasia.com jaringan Jatengaja.com.

Feby mengatakan target penurunan emisi yang terdekat pada 2025 akan dilakukan melalui beberapa langkah melalui pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap, percepatan waste to energy, pengembangan PLTBm skala kecil, dan penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLT.

Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia terus mendorong peralihan ke kendaraan listrik, pengembangan biofuel, juga teknologi baru seperti green hydrogen atau nuklir. “Target penurunan emisi GRK pada 2060, menurut dia, mencapai 1.798 Juta ton CO2,” ujarnya.

Lebih lanjut, Feby menyampaikan pemerintah juga meningkatkan target pengurangan emisi karbon dalam enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, dari 29% dengan usaha sendiri, menjadi 31,89% pada 2030.

Menurut Feby perubahan target dari 29% menjadi 31,89% pada 2030 pasti akan berdampak kepada peta jalan transisi energi yang tengah disiapkan.

"Terus terang energy transition roadmap ini juga kita masih terus gerak dinamis, untuk melakukan pemodelannya memang ini akan terjadi pergeseran lagi," katanya. (-)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Laila Ramdhini pada 06 Oct 2022

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS