Hingga Awal Oktober 2025, Penjualan BBM Pertamax Green di Jateng Capai 348 Kiloliter
Semarang, Jatengaja.com - Hingga awal Oktober 2025, penjualan BBM Pertamax Green di wilayah Jawa Tengah (Jateng) mencapai 348 kiloliter telah melampaui target 228 persen.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufik Kurniawan menyatakan produk BBM Pertamax Green yang ramah lingkungan tersebut mendapat sambutan positif dari konsumen di berbagai daerah.
“Rata-rata penjualan harian BBM Pertamax Green di Semarang mencapai 7.000-8.000 liter per hari, sedangkan di Tegal sekitar 1.000 liter per hari,”katanya di Semarang, Selasa 7 Oktober 2025.
- Program BRI di Solo: Ubah Limbah Jadi Produk Bernilai dan Ramah Lingkungan
- BRI Peduli Fasilitasi Pelatihan dan Pemberdayaan Eks Pekerja Migran di Lombok
- 5 Pengusaha Indonesia Masuk 10 Orang Terkaya Asia Tenggara
- Gubernur Jateng Minta Pengawasan MBG Diperketat Guna Cegah Keracunan Makanan
- Ratusan Wartawan di Jateng dan DIY Ikuti Kejuaraan Bulutangkis Antar Media 2025
Untuk melayani pejualan BBM Pertamax Green, lanjut Taufik telah terdapat 14 SPBU di Jawa Tengah empat di Kota Semarang, Kendal, Batang, dan di rest area Heritage Kabupaten Brebes.
Kepada masyarakat, ia mengimbau agar tidak terpengaruh isu negatif terkait penggunaan etanol dalam Pertamax Green, karena penggunaan etanol sebagai bahan campuran bahan bakar minyak (BBM) digunakan di berbagai negara seperti Brasil, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Etanol berasal dari fermentasi bahan nabati seperti tebu, jagung, atau singkong, yang membuat pembakaran lebih bersih dan ramah lingkungan.
Selain menekan emisi karbon, bahan bakar campuran etanol juga aman bagi logam maupun karet kendaraan, serta menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna.
“Kadar etanol pada BBM Pertamax Green hanya sebesar 5 persen, sehingga masih aman,” ujarnya.
Terkait maraknya alat uji oktan portable bahan bakar minyak di masyarakat, Taufik menyatakan tidak memiliki validasi dan kalibrasi resmi, sehingga hasilnya tidak akurat.
Beberapa alat uji oktan portabel bahkan dapat menampilkan angka oktan untuk cairan yang bukan bahan bakar, sehingga bisa menimbulkan kesalahpahaman publik.
“Pengujian resmi dilakukan dengan metoda Cooperative Research Engine (CFR) milik Pertamina di Cilacap dan Cepu yang sesuai standar internasional ASTM 269,” katanya. (-)