Gelar Rupiah Tresno Budaya, Rahmat Dwisaputra Sebut Budaya Gerakan Perekonomian
Semarang, Jatengaja.com - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Tengah menggelar kegiatan bertajuk Rupiah Tresno Budoyo untuk mengedukasi dan literasi keuangan kepada masyarakat.
Kepala Perwakilan Bang Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyatakan memilih tema Rupiah Tresno Budoyo karena pada dasarnya kegiatan perekonomian hasil dari budaya.
“Dengan melestarikan budaya, kita juga menggerakkan ekonomi,” katanya di sela kegiatan Rupiah Tresno Budoyo di gedung Cultural Radjawali Center Semarang, Sabtu 1 November 2025.
- Industri Ekraf di Jateng Terus Tumbuh, Semester I 2025 Nilai Ekspor Capai Rp53 Triliun
- Pertamina Salurkan 750 Tabung LPG 3 Kg Bagi Warga Terdampak Banjir di Kota Semarang
- Pemberdayaan BRI Buka Jalan Sukses bagi UMKM Kue Kering ‘Bakulis’
- Sukses Sabet 3 Medali Emas Kejurnas 2025 , Ketua Umum Pertina Jateng Beri Bonus Petinju
- Urban Sneaker Society 2025 Presented by BRImo: Lebih Besar, Lebih Berani, Lebih Visioner
Kegiatan Rupiah Tresno Budaya, lanjut Rahmat, merupakan rangkaian kegiatan Festival Ekonomi Keuangan Digital yang diadakan Bank Indonesia di Jakarta.
“Kami yang di daerah, termasuk Jawa Tengah juga melaksanakan kegiatan untuk menggerakan perekonomian di daerah melaluai budaya yang muaranya adalah pariwisata,” ujarnya.
Menurut Rahmat kegiatan Rupiah Tresno Budoya juga bertepatan dengan peringatan 200 tahun Perang Diponegoro yang dipimpin Pangeran Diponegoro pada 1825-2030.
Perang Diponegoro menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan perdagangan atau ekonomi yang dilakukan penjajah Belanda kepada masyarakat pribumi Indonesia.
“Pangeran Diponegoro bukan menolak perdagangan dengan bangsa asing, tapi menentang ketidakadilan dan monopoli. Kita ingin perdagangan yang adil dan manusiawi,” ujar Rahmat.
Rahmat menambahkan budaya tidak hanya penting untuk pelestarian nilai-nilai lokal, tetapi juga mampu menjadi penggerak utama sektor pariwisata di Jawa Tengah.
Ia mencontohkan berbagai potensi yang dapat dikembangkan, mulai dari situs-situs bersejarah seperti Kota Lama Semarang dan candi-candi di Jawa Tengah, hingga kekayaan alam yang menjadi basis ekonomi masyarakat.
“Bila budaya kita kuat, pariwisata akan hidup, dan ekonomi rakyat akan bergerak. Jadi Semua saling berkaitan,” katanya.
Semantara, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng menyatakan pentingnya membangun budaya transaksi pembayaran non tunai (cashless) di masyarakat, karena praktis dan aman serta efisiensi ekonomi.
“Transaksi digital ini harus dijadikan kebiasaan baru masyarakat. Tidak hanya di toko besar, tapi juga di pasar tradisional dan pedagang kecil,” katanya.
Pemerintah Kota Semarang imbuh Agusina, mendukung kegiatan berbasis budaya seperti festival musik dan kuliner, yang dinilai mampu memperkuat identitas kota sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.
“Kegiatan berbasis budaya akan terus digelar karena berdampak positif bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Dalam acara Rupiah Tresno Budaya, digelar talk show dengan narasumber sutradara Opera Diponegoro, Sardono W Kusumo, aktris dan seniman Happi Salma, dan Rahmat Dwisaputra.
Selain juga menghadirkan sejumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan BI yang menampilkan berbagai produk makanan dan minuman berbasis kearifan lokal. (-)
