Evergrande, Raksasa Properti China Umumkan Kebangkrutan

Sulistya - Jumat, 18 Agustus 2023 19:18 WIB
Ilustrasi Evergrande.

Jakarta, Jatengaja.com - Evergrande, raksasa properti asal China resmi mengumumkan kebangkrutan. Perusahaan properti itu diketahui memiliki utang hingga US$330 miliar atau setara Rp5.000 triliun yang sudah jatuh tempo. Runtuhnya Evergrande menggambarkan krisis properti yang sedang terjadi di Negeri Tirai Bambu.

Dilansir dari Reuters, Jumat 18 Agustus 2023, gagal bayar yang melanda Evergrande terjadi sejak tahun 2021. Pengajuan kebangkrutan ke Pengadilan New York, Amerika Serikat (AS), dilakukan di tengah kekhawatiran terkait ambruknya sektor properti China.

Limbungnya sektor tersebut saat ini dikhawatirkan merembet ke sektor ekonomi menyusul perlambatan pertumbuhan. Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15 yang melindungi perusahaan non-AS yang menjalani restrukturisasi dari kreditur yang ingin menuntut mereka atau mengikat aset di Negeri Paman Sam.

Perusahaan afiliasi Evergrande, Tianji Holdings, telah melakukan langkah serupa pada Kamis 17 Agustus 2023 di Pengadilan Kebangkrutan Manhattan. Diketahui, Evergrande selama ini menyumbang 40% penjualan property di China. Sejak krisis di sektor properti mencuat pertengahan 2021, Evergrande mulai kelimpungan membayar utang.

Kewajiban Bayar

Pengembang swasta terbesar di China, Country Garden, juga mengalami hal yang sama. Mereka mengkhawatirkan investor setelah perusahaan melewatkan beberapa pembayaran bunga bulan ini. Evergrande baru-baru ini memiliki kewajiban membayar utang sebesar US$ 330 miliar atau mencapai Rp5.000 triliun lebih.

Gagal bayar tersebut memicu ribuan proyek rumah di penjuru China mangkrak dan perlambatan di sektor lain. Saat ini Evergrande tengah mencari pengakuan atas pembicaraan restrukturisasi yang sedang berlangsung di Hong Kong, Kepulauan Cayman, dan Kepulauan Virgin Britania Raya.

Menurut perusahaan, kreditur mungkin dapat memberikan tanggapannya pada bulan ini terkait restrukturisasi. Hal itu dengan kemungkinan persetujuan dari pengadilan Hong Kong dan British Virgin Islands pada minggu pertama bulan September. Evergrande mengusulkan penjadwalan sidang pengakuan Bab 15 untuk 20 September.

Bulan lalu, Evergrande mencatat kerugian gabungan sebesar US$81 miliar untuk tahun 2021 dan 2022. Hal itu memicu kekhawatiran investor tentang kelangsungan rencana restrukturisasi utang yang diusulkannya pada Maret.

Awal pekan ini, unit kendaraan listriknya China Evergrande New Energy Vehicle Group mengumumkan restrukturisasi yang diusulkan sendiri. Adapun kerugian gabungan Evergrande NEV tahun 2021 dan 2022 hampir $10 miliar. Perdagangan saham China Evergrande telah dihentikan pada Maret 2022 buntut situasi keuangan yang tidak kondusif. (-)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Chrisna Chanis Cara pada 18 Aug 2023

Editor: Sulistya
Bagikan

RELATED NEWS