Daging Sapi Terjangkit LSD Tak Layak Konsumsi

Sulistya - Senin, 06 Februari 2023 14:08 WIB
Bupati Sragen memberi arahan kepada Forkopicam, Kepala Desa/Lurah, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas, dan Perwakilan peternak sapi di eks-Kawedanan Sragen, Tangen dan Sambungmacan. (dok/jatengprov.go.id)

Sragen, Jatengaja.com – Ratusan sapi di sejumlah daerah di Provinsi Jawa Tengah terserang penyakit kulit berbenjol atau Lumpy Skin Disease (LSD).

Meski penyakit pada ternak itu tidak berbahaya bagi manusia, namun dagingnya tak layak dikonsunsi. Karena itulah, masyarakat diminta tidak mengonsumsi daging dari ternak yang terjangkit penyakit kulit berbenjol.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati dalam keterangan pers mengatakan, kendati tak menular ke manusia, namun daging ternak yang terinfeksi LSD tidak layak konsumsi. Yuni mengatakan, daging sapi atau ternak lain yang dikonsumsi oleh manusia, harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan dan tidak boleh mengandung penyakit apapun.

“Walaupun tidak menular ke manusia, tapi daging ternak yang terinfeksi LSD tidak layak dikonsumsi, karena mengalami kekurangan nutrisi protein. Daging tersebut mengalami lack of nutrient protein asam amino,” tutur Yuni.

Hal itu diungkapkan saat memberikan arahan kepada Forkopicam, Kepala Desa/Lurah, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas, dan Perwakilan peternak sapi di eks-Kawedanan Sragen, Tangen dan Sambungmacan.

Karena tak layak konsumsi, Yuni yang juga dokter itu menyarankan ternak yang terinfeksi LSD harus segera diisolasi dari ternak-ternak lain yang masih sehat. Selain itu jika ingin menyembelih ternak yang terjangkit LSD, ia meminta agar menunggu sampai ternak betul–betul sehat.

“Sapi atau kerbau yang tertular LSD dan kemudian telah sembuh, produknya seperti daging, masih dapat dikonsumsi setelah dihilangkan bagian-bagian yang terdampaknya,” tuturnya.

Jaga Kebersihan

Para peternak khususnya sapi dan kerbau, diminta untuk terus menjaga kebersihan kandang.

“Jangan khawatir, meski persebarannya di antara ternak satu dengan yang lainnya cukup cepat. Yang paling penting adalah tetap jaga kebersihan kandang,” katanya.

Sebagai upaya mengurangi kasus LSD di wilayahnya, bupati telah menginstruksikan dinas terkait untuk segera membeli obat-obatan LSD agar bisa secepatnya diberikan ke sapi yang sakit. Umumnya butuh empat hingga lima kali pengobatan agar sapi sembuh, dengan biaya sekali pengobatan mencapai Rp150.000.

“Kami memberi subsidi kepada peternak untuk dua kali pengobatan senilai Rp300.000 per sapi yang terkena LSD. Selebihnya ditanggung peternak sendiri. Tidak harus lima kali pengobatan. Kalau dua hingga tiga kali pengobatan sudah sembuh ya sudah,” ujarnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari mengatakan, Sragen memang akan mendapatkan bantuan obat-obatan untuk penanganan LSD. Tidak semua jenis obat diberikan, tetapi hanya antihistamin, antibiotik, dan vitamin. Sedangkan antiparasit masih menunggu dari Kementan.

Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Sragen per 3 Februari 2023, total kasus 822 ekor sapi yang terkonfirmasi LSD. Rinciannya, kasus aktif sebanyak 798 ekor, penambahan kasus dalam satu hari sebanyak satu ekor, sembuh 15 ekor, dan mati sebanyak sembilan ekor (dipotong tiga ekor, mati enam ekor). (-)

Editor: Sulistya

RELATED NEWS