Cara Desa di Wonogiri Berdayakan Penyandang Disabilitas dengan Batik Ciprat
Wonogiri, Jatengaja.com - Berdayakan warga penyandang disabilitas, Pemerintah Desa Pucung Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri mengembangkan pembuatan batik ciprat.
Kepala Desa Pucung, Kateno menyatakan batik ciprat dipilih menjadi sarana pengembangan kreativitas para disabilitas dengan pertimbangan antara lain pembuatan mudah dilakukan, motifnya unik dan jarang ditemui di pasaran, serta bahan baku yang mudah didapatkan,
“Di Desa Pucung terdapat lebih dari 60 warga penyandang disabilitas, kami berdayakan dengan membuat batik ciprat,” katannya dilansir dari jatengprov.go.id, Rabu (8/3).
- Bisa Hasilkan Uang di Instagram Melalui Fitur Gifts
- Paceklik Tak Bisa Melaut, 12.043 Nelayan Jepara Dapat Bantuan Beras
- Cara Emak-Emak Lansia Menangkal Penipuan Digital ala Emak Bloger & IKWI Surakarta
- Beri Uang Pengemis di Kota Semarang pada Ramadhan Bakal Dindenda Rp1 Juta
- Sembunyikan Harta, Rafael Alun Resmi Dipecat
Kateno menuturkan perjalanan inovasi batik ciprat karya barokah dimulai pada bulan Agustus 2018 dengan menggunakan dana desa mengadakan pelatihan batik ciprat bagi enam orang penyandang disabilitas yang produktif.
Pelatihan dibina Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung dengan diawali membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Sheltered Workshop Peduli (SWP) Karya Barokah.
Di tahun 2020, jumlah binaan bertambah menjadi 23 orang penyandang disabilitas. Pada tahun itu juga, KSM Karya Barokah mendapat perhatian dan pelatihan dari Bappeda Provinsi Jateng yaitu pembuatan batik eco-print.
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Wonogiri turut memberikan pelatihan pembuatan batik tulis. Pemerintah Desa Pucung menjadi satu dari 14 Desa Inklusif se-Indonesia dan diberikan bimbingan teknis oleh Kementerian Desa dan PDTT RI.
“Inovasi Batik Ciprat Karya Barokah bertujuan untuk memberikan hak yang sama sebagai warga penyandang disabilitas, mengangkat derajat penyandang disabilitas, serta memberi dampak dalam bidang sosial dan ekonomi, ujarnya.
Sekarang para difabel yang menjadi pengrajin aktif sebanyak delapan orang. Mereka membuat batik ciprat hampir setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB. Libur pada hari Minggu dan hari libur tertentu.
Lokasi pembuatan batik ciprat dipusatkan di belakang Balai Desa Pucung. Sehingga jika ada kunjungan bisa langsung melihat kegiatannya.
Diungkapkan Kateno, dalam satu bulan rata-rata para difabel bisa menghasilkan 100 lembar kain batik. Bahkan di tahun 2022, produksi Batik Ciprat Karya Barokah mencapai 2.200 lembar kain.
“Setiap kainnya dihargai mulai Rp130.000 antara Rp160.0000, tergantung motif dan lama pengerjaannya. Penjualan batik ciprat kami rata-rata masih dijual di wilayah Jawa Tengah. Pernah beberapa kali mengirim ke luar provinsi. Biasanya yang memesan adalah piyayi Wonogiri yang merantau, yang ingin mengenakan kain batik Wonogiren,” imbuhnya. (-)