Berikut, Kabupaten di Jateng dengan Vaksinasi di Bawah 40 Persen
Semarang, Jatengaja.com - Kepala Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo mengatakan, capaian 60 persen warga yang telah menjalani vaksin merupakan hal bagus.
Meski pencapaian vaksin menunjukkan hal yang bagus, namun masih ditemukan adanya kabupaten yang masih di bawah 40 persen vaksinasinya. Dengan jumlah disparitas atau perbedaan yang masih tinggi.
"Disparitasnya di beberapa kabupaten yang masih agak ketinggalan ini perlu percepatan-percepatan," tuturnya Yulianto usai Rapat Penanganan Covid-19 di Kantor Gubernur, Senin (1/11/2021).
Kabupaten yang vaksinasinya masih di bawah 40-50 persen adalah Banjarnegara, Kabupaten Tegal, Purbalingga, Batang, Jepara, Wonosobo, Pemalang, Brebes, Grobogan, Pekalongan, Kabupaten Magelang, Kebumen dan Pati. Di daerah-daerah itulah yang akan digenjot lebih cepat.
- PTM Boleh Dilakukan Asal Tertib Protokol Kesehatan
- Dieng Culture Festival Digelar dengan Pembatasan Ketat
- Kejurnas Baveti 2021 Digelar di Kota Semarang
Yuli, sapaannya, menyebutkan kendala daerah yang vaksinasinya masih di bawah 50 persen antara lain; sasarannya masih sulit diajak vaksinasi, terbatasnya jumlah vaksinator dan jumlah faskes yang melayani vaksinasi. Tidak hanya itu, lanjutnya, komitmen dari pemerintah daerah juga perlu didorong.
Kesadaran Vaksinasi
Bahkan tak dapat dipungkiri masih ada tempat dengan kesadaran vaksinasi yang masih rendah. Hal itu bisa terjadi karena terbatasnya akses seperti halnya kalangan lansia.
"Lansia ini memang agak lambat. Lalu juga difabilitas, ibu hamil, penderita komordibitas. Ini memang kecepatannya enggak seperti yang lain," tutur Yuli.
- Rekomendasi HP Lokal Harga Satu Jutaan
- Lakukan Ini Jika Terjadi Gempa Bumi
- Valuasi GoTo Tembus USD 30 Miliar, Berpotensi Jadi Salah Satu Terbesar di BEI usai IPO
Dengan demikian, strategi jemput bola harus dilaksanakan secara simultan bersama. Seperti halnya, dari kabupaten/kota termasuk yang di puskesmas, sampai tingkat kecamatan. Yuli menyebut basis pelayanan vaksinasi itu harus di komunitas yang lebih rendah. Contohnya di tingkat RW, RT, desa, kelurahan, dan semacam itu.
Sebab, pola sentra vaksinasi yang ada di ibu kota atau di kota-kota di Jateng, kata Yuli, itu sudah cukup dan jangan ditambah lagi. Bahkan, kalau ada kolaborator yang ingin membantu vaksinasi, pemprov minta pelayanannya itu dilakukan di komunitas. Para kolaborator vaksin hendaknya tidak membuka vaksinasi di ibu kota.
"Akhir-akhir ini masih banyak yang ingin membantu sebagai kolaborator. Tetapi saya sarankan jangan mendirikan sentra vaksin lagi di kota. Tapi pelayanan jemput bola ke komunitas," ujarnya. (-)