Bangun Ekosistem Bisnis, UMKM Diminta Percepat Digitalisasi

Sulistya - Rabu, 07 September 2022 21:21 WIB
Webinar Digitizing Indonesia’s Informal Economy di Jakarta, Selasa (6/9).

Jakarta, Jatengaja.com – Segmen Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Di kawasan ASEAN, Indonesia tercatat menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi digital paling pesat.

Berdasarkan data riset Google, Temasek, dan Bain (2021), ekonomi digital telah berkontribusi hingga 3,7% Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2021, dan diproyeksikan akan meningkat kontribusinya hingga 9,3% pada 2025.

“Selama pandemi, pelaku UMKM yang sudah memanfaatkan digitalisasi telah terbantu, bahkan turut bertumbuh, karena ada kaitannya karena pembatasan secara fisik. Di sisi lain, Kementerian Koperasi dan UMKM juga kini terus mendorong bagaimana pelaku usaha informal dapat bertransformasi menjadi formal yang salah satunya melalui digitalisasi untuk mendorong pemulihan ekonomi secara transformatif,” kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki saat membuka Webinar Digitizing Indonesia’s Informal Economy di Jakarta, Selasa (6/9).

Dikatakan, saat ini pemerintah tengah mendorong para pelaku UMKM untuk melakukan digitalisasi guna mengembangkan usaha hingga meningkatkan taraf hidup. Situasi pandemi yang membatasi mobilitas masyarakat telah menjadi momentum bagi para pelaku UMKM dalam mendigitalisasi ekosistem bisnisnya.

Menteri Teten menambahkan, Kementerian Koperasi dan UMKM juga tengah mendorong pertumbuhan dari hulu sampai hilir guna mendorong percepatan transformasi digital. Ada tujuh aspek yang sedang didorong: akses pasar, pemantauan kualitas produksi, keuangan dan pembiayaan, organisasi, kapasitas produksi, pasokan, dan distribusi logistik. Aspek-aspek ini merupakan kunci untuk menciptakan ekosistem yang tanggap digital.

Ekosistem Digital

Deputi Bidang Mikro Kementerian Koperasi dan UKM, Eddy Satriya menuturkan, implementasi digital masih menjadi tantangan bagi pelaku UMKM kini. Pada 2021, dari total sekitar 4 juta pelaku UMKM, baru ada sekitar 26% atau 17,59 juta pelaku UMKM memanfaatkan ekosistem digital. Apalagi bagi para pelaku usaha yang justru sangat mendominasi ekosistem UMKM.

“Segmen mikro ini hampir mencapai 64 juta pelaku usaha, atau 99% lebih dari total pelaku UMKM yang ada. Kami terus mendorong digitalisasi kepada para pelaku UMKM, kami menargetkan pada 2024 setidaknya ada 30 juta pelaku UMKM yang sudah memanfaatkan digitalisasi,” kata Eddy.

Direktur Digital Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, I Nyoman Adhiarna menjelaskan, sejatinya 74% pelaku UMKM telah menyadari manfaat digitalisasi bagi bisnisnya, namun baru ada 20% yang memiliki literasi digital dan memanfaatkan platform-platform belanja daring.

“Para pelaku UMKM masih memiliki keraguan dan ketidakpercayaan diri dalam mengadopsi sekaligus memanfaatkan berbagai platform digital. Keterbatasan modal bisnis, kurangnya literasi digital, serta tidak memiliki alat maupun gawai digital menjadi 3 (tiga) alasan utama pelaku UMKM,” kata I Nyoman.

Ia menambahkan, apabila disandingkan dengan UMKM yang belum digitally onboarded, UMKM yang sudah terintegrasi digital dapat menerima pendapatan 1,1x lebih banyak, mampu memperoleh cakupan pasar 2,1x lebih luas di level nasional, dan 4,6x lebih luas di level internasional, serta 1,3x lebih mungkin membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Upaya digitalisasi ini juga sejalan dengan tema besar dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 yaitu transformasi digital yang inklusif, termasuk kepada pelaku UMKM, sehingga pertumbuhan pada sektor ini juga pasti akan berdampak positif terhadap ekonomi nasional. Meski demikian, transformasi digital para pelaku UMKM, terutama pada segmen ultra mikro misalnya warung-warung kelontong memang tak mudah. (-)

Editor: Sulistya

RELATED NEWS