Australia Menarik 3 Varian Indomie asal Indonesia dari Pasar, Ini Alasannya
Jatengaja.com - Food Standards Australia resmi menarik tiga varian produk mie instan buatan Indonesia, Indomie, dari peredaran di pasaran di negara tersebut. Tiga varian Indomie yang ditarik adalah Indomie Rasa Ayam Bawang, Rasa Soto Mie, dan Goreng Rasa Rendang.
Dikutip dari website Food Standards Australia produk Indomie bikinan Indofood itu ditarik karena tidak ada keterangan alergi dalam ketiga jenis varian mi instan tersebut. Padahal Food Standards menemukan ada alergen susu dan telur dalam ketiga varian Indomie itu.
"Bahaya Keamanan Pangan, Konsumen yang memiliki alergi atau intoleransi susu dan/atau telur mungkin akan mengalami reaksi jika produk tersebut dikonsumsi,” demikian keterangan Food Standards Australia, dikutip Trenasia.com jaringan jatengaja.com, Rabu,18 Desember 2024.
- Kapolda Jateng Lantik 1.079 Bintara Muda Polri Lulusan SPN Purworejo
- Telkom Infrastruktur Indonesia - MyRepublic Jalin Kerja Sama Hadirkan Akses Internet Berkualitas
- Libur Nataru, TelkomGroup Antisipasi Lonjakan Trafik
- Perkuat Layanan Saat Nataru, BRI Optimalkan Jutaan Agen BRILink
- Kenaikan PPN Akan Pengaruhi Daya Beli Masyarakat
Produk Indomie tersebut diketahui telah beredar di Asian Groceers di VIC sebelum ditarik. Hingga Rabu sore, belum ada tanggapan resmi dari perwakilan Indofood CBP Sukses Makmur terkait penarikan produk mereka di Australia.
Indomie sendiri diketahui menjadi merek yang tak hanya terkenal di Indonesia, tapi telah mendunia. Media Inggris, The Guardian, bahkan menyebut pasar mie instan global saat ini masih didominasi Indomie.
Mie olahan dengan kandungan garam yang tinggi ini telah menjadi makanan murah favorit banyak orang, terutama di negara-negara berkembang. Sebut saja Afrika, Amerika Selatan dan sebagian negara di benua Asia.
Nigeria adalah negara Afrika pertama yang memiliki pabrik Indomie dan semua penjual merek tersebut memiliki kios yang dapat ditemukan di setiap jalan, hampir di setiap pinggiran kota Nigeria. Catatan dari Asosiasi Mie Instan Dunia yang berbasis di Jepang , antara tahun 2018 dan 2022, Nigeria sejauh ini merupakan konsumen mie instan terbesar di Afrika.
Nigeria sendiri mengalami lonjakan permintaan sebesar 53% dari 1,82 miliar porsi menjadi 2,79 miliar porsi. Negara-negara seperti Kenya memang memiliki basis pelanggan yang jauh lebih kecil. Namun permintaan mie instan di sana terus meningkat.
Data menunjukkan permintaan mie instan di Kenya pada periode yang sama meningkat hingga 160% dari 50 juta porsi menjadi 130 juta porsi. Sementara di Kolombia angka ini meningkat sebesar 150% dan di Mesir 110%.
Tahun lalu, sebanyak 121,2 miliar porsi mie instan telah dikonsumsi oleh penduduk dunia. Angka ini meningkat 2,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Popularitas budaya pop Korea juga telah meningkatkan permintaan makanan Korea di negara-negara kaya dan di kalangan kelas menengah di negara-negara berkembang.
Data yang dirilis Korea Selatan pada bulan November 2023, negara tersebut telah mengekspor mie instan senilai US$785 juta (£618 juta) dalam 10 bulan pertama tahun ini. Angka itu naik hampir 25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Fenomena ini tak pelak memicu kekhawatiran banyak pihak, ahli gizi terus memperingatkan dampak buruk mie terhadap kesehatan. Dalam satu bungkus mie dengan porsi 70 gram mengandung natrium hingga 2,353 mg. 118% lebih tinggi dari jumlah asupan garam harian yang direkomendasikan WHO.
Sementara itu, sebuah studi pada tahun 2017, yang menganalisis kandungan 765 produk mie instan di 10 negara, menemukan kadar garam yang bervariasi, mulai dari 35% hingga 95% dari asupan garam harian orang dewasa.
Mie instan di negara-negara berpendapatan menengah memiliki kandungan garam yang jauh lebih tinggi dibandingkan di negara-negara berpendapatan tinggi. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Chrisna Chanis Cara pada 18 Dec 2024