BI Rilis April 2025 Jateng Alami Inflasi Sebesar 1,38 Persen, Menurunkan dari Bulan Sebelumnya
Semarang, Jatengaja.com - Bank Indonesia merilis bulan April 2025, provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengalami inflasi sebesar 1,38 persen (month to month/mtm) , lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 1,17 persen ( mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jateng, Rahmat Dwisaputra menyatakan, inflasi Jawa Tengah bulan April 2025 lebih rendah dibandingkan atas bulan sebelumnya sebesar 1,43 persen (mtm).
“Ini menunjukkan tekanan inflasi di Jawa Tengah yang lebih terkendali. Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,94 persen (year on year/yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 1,95 persen (yoy),” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (4/5/2025).
- Kebijakan Manajemen Risiko yang Efektif, Kualitas Kredit BRI Terus Membaik
- Kejuaraan Panahan Berkuda Internasional Digelar Meriah di Sanur, Bali
- Tiket Telkom Digiland 2025 Ludes Terjual
- Bank Arto Moro Dukung Borobudur International Bike Week
- Liga Kompas U-14 2024/2025, Langkah Nyata Pembinaan Atlet Muda oleh BRI
Secara seluruh kota pantauan inflasi di Jateng mengalami inflasi. inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Rembang dan Kota Kudus yang mencatatkan inflasi masing-masing sebesar 1,63 petsen (mtm).
Menurut Rahmat, penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau (andil: -0,08%; mtm) yang disumbang oleh komoditas cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras seiring dengan normalisasi pasca hari besar Idulfitri 1446 Hijriah/2025.
Selain itu, deflasi daging ayam ras juga disebabkan oleh pasokan ayam yang berlebih seiring dengan jumlah produksi anak ayam/Day Old Chick (DOC) yang melebihi kebutuhan. Harga beras juga menurun seiring dengan periode masa panen padi di Jateng.
Sedangkan peningkatan harga komoditas bawang merah menahan deflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau lebih dalam. Kenaikan harga bawang merah disebabkan panen bawang merah yang kurang optimal akibat penyakit janda pirang di sentra bawang Demak.
Di sisi lain, terjadi peningkatan tekanan inflasi terutama pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga (andil: 1,10%; mtm).
Normalisasi tarif listrik pelanggan pascabayar kategori rumah tangga PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan daya dibawah 2.200 VA, menjadi penyebab utama tekanan inflasi pada kelompok tersebut.
Tekanan Inflasi juga terjadi pada Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya dengan andil sebesar 0,16% (mtm). Tekanan harga terutama bersumber dari komoditas emas perhiasan (andil inflasi: 0,14%; mtm) seiring dengan peningkatan harga emas dunia.
“Kenaikan permintaan aset safe haven oleh investor seiring dengan ketidakpastian global, mendorong peningkatan harga emas dunia,” ujar Rahmat.
Ia menabahkan ketegangan perdagangan global pasca kebijakan tarif impor oleh USA yang meluas, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di sejumlah negara, hingga tensi geopolitik Timur Tengah dan Rusia-Ukraina berdampak kepada ketidakpastian global.
Ke depan, untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi.
“Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jawa Tengah sehingga inflasi dapat terjaga di rentang sasaran 2,5±1 persen,” kata Rahmat. (-)