Unnes Beri Gelar Doktor HC kepada Direktur Sido Muncul, Irwan Hidayat

Rabu, 13 November 2024 23:20 WIB

Penulis:SetyoNt

Editor:SetyoNt

irwaan.jpeg
Rektor UNNES, Prof. Dr. S. Martono, M.Si (kiri) menyerahkan sertifikat doktor HG kepada Irwan Hidayay. (Internet)

Semarang, Jatengaja.com - Universitas Negeri Semarang (Unnes) memberikan gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Manajemen Mutu (Branding) kepada Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat.

Penyerahan gelar Doktor Honoris Causa (HC) dilakukan Rektor UNNES, Prof. Dr. S. Martono, M.Si pada upacara di auditorium Gedung Prof. Wuryanto Unnes Semarang, Rabu 13 November 2024.

Acara penganugerahan gelar Doktor HC kepada Irwan Hidayat dihadiri keluarga besar Sido Muncul, para Brand Ambassador Sido Muncul, seperti Prof Rhenald Kasali Andy F Noya, Rieke Diah Pitaloka, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) serta ratusan tamu undangan.

Gelar kehormatan ini diberikan sebagai pengakuan atas kontribusi Irwan Hidayat dalam mewariskan budaya dan kearifan lokal ke dalam strategi branding Tolakangin. 

Penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa ini bukan hanya sekadar penghormatan, tetapi juga pengakuan atas kontribusi Irwan Hidayat dalam memajukan industri herbal di Indonesia. 

Rektor Unnes, Prof. Dr. S Martono, M.Si. mengucapkan selamat kepada Irwan Hidayat atas penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (HC) tersebut.

“Gelar Doktor HC yang kami berikan kepada Bapak Irwan Hidayat bukan hanya sebagai pengakuan atas karya-karyanya yang luar biasa, tetapi juga sebagai wujud penghargaan terhadap semangat dan dedikasi beliau dalam memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, serta kemanusiaan,” ujarnya.

Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unnes ini menambakan, percaya gelar ini akan semakin memotivasi Irwan Hidayat untuk terus berkarya, berinovasi, dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dan bangsa.

Penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa kepda Irwan Hidayat tidak hanya bentuk penghargaan atas dedikasinya dalam memajukan industri herbal, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak pelaku industri lainnya untuk terus berinovasi dan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal.

“Melalui komitmennya terhadap kualitas dan keberlanjutan, Irwan Hidayat menunjukkan produk Indonesia dapat bersaing di pasar global dengan memanfaatkan kekayaan budaya dan alam yang dimiliki,”

Sementara Irwan Hidayat dalam orasi ilmiah berjudul “The Story of Tolakangin, Dari Indonesia Untuk Dunia: Model Manajemen Produk dan Branding Berbasis Nilai” menyatakan pentingnya inovasi dan penelitian dalam mengembangkan produk herbal yang tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga mampu bersaing di pasar internasional.

“Inovasi yang dilakukan Sido Muncul menjadi contoh nyata bagaimana produk lokal dapat bersaing di pasar global dengan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia,” kata Irwan yang Penerima Anugerah Konservasi Unnes.

Melalui pendekatan berbasis riset, lanjut Irwan, Sido Muncul telah berhasil mengembangkan produk-produk yang tidak hanya memenuhi standar kualitas nasional, tetapi juga internasional. 

Salah satu produk Sido Muncul, Tolakangin adalah produk herbal yang telah menjadi simbol pengobatan tradisional Indonesia. 

Tolakangin secara konsisten memanfaatkan akar tradisi untuk membangun kepercayaan pelanggan dan menegaskan keaslian khasiatnya. 

Irwan menjelaskan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam sebuah merek. Tolakangin, sebagai jamu alami, memanfaatkan storytelling dan testimoni konsumen untuk menciptakan hubungan emosional yang kuat. 

 “Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Rektor Unnes beserta seluruh jajarannya, juga kepada keluarga saya, keluarga besar Sido Muncul, serta sahabat-sahabat yang selalu mendukung saya,” ujar Irwan.

Tolakangin pertama kali diresepkan pada tahun 1930 dan mulai diproduksi secara pabrik tahun 1951. Produk ini dinyatakan aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang, sesuai dengan dosis yang dianjurkan. 

Dengan tagline “Orang Pintar Minum Tolak Angin,” produk ini berhasil mengubah persepsi masyarakat, dari yang sebelumnya menganggap jamu hanya untuk masyarakat tradisional, menjadi pilihan modern yang aman, praktis, dan terjangkau. (-)