Boeing
Kamis, 24 Oktober 2024 09:47 WIB
Penulis:Sulistya
Editor:Sulistya
Jakarta, Jatengaja.com - Sebuah satelit komunikasi yang dirancang dan dibangun oleh raksasa kedirgantaraan Boeing hancur di orbit.
Operator satelit, Intelsat mengonfirmasi kehancuran total satelit "iS-33e” tersebut. Kejadian ini juga telah memengaruhi pelanggan di Eropa, Afrika, dan sebagian kawasan Asia-Pasifik.
Intelsat mengatakan telah mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan analisis komprehensif atas insiden tersebut.
"Kami berkoordinasi dengan produsen satelit, Boeing, dan lembaga pemerintah untuk menganalisis data dan pengamatan," kata Intelsat dikutip BBC Rabu 23 Oktober 2024. Boeing tidak mengomentari insiden tersebut.
Situs pelacakan ruang angkasa Departemen Pertahanan Amerika, SpaceTrack, juga mengonfirmasi insiden tersebut. Sementara Pasukan Luar Angkasa Amerika mengatakan saat ini sedang melacak sekitar 20 bagian yang terkait dengan satelit tersebut.
Boeing telah menghadapi krisis di berbagai bidang. Dua astronaut terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ini setelah kapsul Boeing Starliner yang mereka tumpangi pada bulan Juni dianggap tidak layak untuk melakukan penerbangan pulang.
Mereka akan melakukan perjalanan kembali ke Bumi menggunakan pesawat ruang angkasa yang dibuat oleh SpaceX milik Elon Musk tahun depan.
Sejak bulan lalu, Boeing juga menghadapi pemogokan yang melibatkan lebih dari 30.000 pekerja di operasi pembuatan pesawat komersialnya.
Anggota serikat pekerja akan memberikan suara terhadap tawaran terbaru perusahaan tersebut pada hari Rabu waktu setempat. Tawaran baru tersebut mencakup kenaikan gaji sebesar 35% selama empat tahun ke depan.
Minggu lalu, Boeing mengumumkan pihaknya tengah mencari pendanaan baru hingga US$35 miliar. Perusahaan itu juga mengatakan akan mulai memberhentikan 17.000 karyawan mulai November. Ini sekitar 10% dari tenaga kerjanya.
Pada bulan Juli, Boeing setuju untuk mengaku bersalah atas tuduhan konspirasi penipuan kriminal. Akibatnya mereka membayar sedikitnya $243,6 juta setelah melanggar kesepakatan penuntutan yang ditangguhkan tahun 2021.
Perjanjian tersebut terkait dengan dua pesawat 737-MAX yang mengalami kecelakaan hampir identik dan menelan korban 346 nyawa lebih dari lima tahun lalu.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 24 Oct 2024
Bagikan