Jumat, 22 Oktober 2021 11:13 WIB
Penulis:Sulistya
Editor:Sulistya
Semarang, Jatengaja.com - Dampak pandemi tidak hanya dirasakan oleh para pelaku sektor pariwisata saja, tetapi juga menjadi rem darurat pada pertumbuhan industri yang juga berpengaruh pada pendapatan negara.
Padahal, sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki efek berganda pada perekonomian negara, sebuah ekosistem besar yang ditopang oleh berbagai subsektor mulai dari akomodasi, transportasi, hingga usaha kecil dan menengah.
Namun kini, dengan berbagai stimulus dan kebijakan yang dilakukan pemerintah, usaha menggairahkan industri pariwisata mulai menemui titik terang, terlebih dengan peningkatan angka vaksinasi dan kebiasaan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan.
Bahkan, data dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) memperlihatkan bahwa pemesanan perjalanan wisata dari wisatawan domestik kini sudah mencapai sekitar 40% dari kondisi normal atau meningkat hingga 2 kali lipat dari kondisi sebelum adanya kebijakan pelonggaran.
Guna menjaga momentum pemulihan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga terus fokus pada peningkatan digitalisasi di sektor pariwisata dan menggenjot kunjungan pariwisata domestik.
Ditemui pada acara perayaan hari jadi OYO Hotels and Homes Indonesia yang ke-3, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno menuturkan, pendekatan teknologi sangat membantu industri pariwisata di tengah dampak pandemi yang sangat memukul industri ini, terutama pada sektor perhotelan dengan okupansi yang menurun secara drastis.
Namun demikian, industri pariwisata harus bergerak kembali melalui protokol CHSE yang telah menjadi gold standard untuk memastikan layanan pariwisata memiliki standar protokol kesehatan terbaik, termasuk properti yang bekerjasama dengan OYO.
"Kini, kami melihat optimisme terhadap pemulihan pariwisata yang terus meningkat, seiring dengan angka vaksinasi yang juga terus meningkat. Kunci utama bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif agar dapat bertahan di tengah pandemi adalah memiliki kemampuan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi yang baik dalam memanfaatkan teknologi. Selain itu, integrasi antara sektor pariwisata dan sektor kesehatan juga menjadi elemen yang tak terpisahkan dari upaya pemulihan ini.”
Sementara itu, sebagai pelaku industri hospitality, OYO juga melihat sinyal positif pada pemulihan sektor pariwisata pasca-pelonggaran kebijakan.
“Indonesia sendiri merupakan salah satu pasar yang sangat penting bagi OYO. Kami juga melihat arus wisatawan lokal yang berangsur mulai kembali, serta membawa perubahan perilaku yang membuat industri harus terus beradaptasi. Maka dari itu, kami terus berusaha untuk mendukung percepatan transformasi digital industri pariwisata di Indonesia melalui ragam inovasi dan teknologi yang kami miliki guna memenuhi kebutuhan pelanggan kami. Sebagai salah satu perusahaan tech-hospitality yang menyediakan platform dua arah bagi Patron dan konsumen, kami optimis dan siap mendukung transformasi digital industri pariwisata di Indonesia dalam momentum kembalinya aktivitas pariwisata di Indonesia,” kata Agus Hartono Wijaya, Country Head OYO Hotels and Homes Indonesia yang turut hadir pada acara perayaan hari jadi OYO Hotels and Homes Indonesia yang ke-3.
Lebih lanjut, pandemi juga menyebabkan terjadinya perubahan dalam perilaku wisatawan yang turut dirasakan oleh para pelaku industri pariwisata di Indonesia. Para wisatawan semakin sadar akan beberapa aspek yang sebelumnya belum menjadi perhatian sebelum pandemi, sehingga, adaptasi secara cepat terhadap perubahan dan percepatan digitalisasi pariwisata pun menjadi kunci dalam menghadapi perubahan tersebut.
Setidaknya terdapat beberapa perubahan yang mendasar dalam pola pelayanan industri pariwisata dan hospitality seiring dengan perubahan preferensi konsumen dalam melakukan perjalanan wisata pasca pandemi, sebagai berikut:
Preferensi perjalanan domestik
Seiring dengan berbagai kebijakan pengetatan dan kasus COVID-19 yang masih berkembang di beberapa wilayah di dunia, tren berwisata masyarakat juga mengalami perubahan. Pilihan destinasi wisata di kawasan terpencil dan tidak banyak kerumunan menjadi preferensi baru wisatawan, karena dinilai lebih dapat memberikan faktor keamanan dan kenyamanan dalam berwisata di tengah pandemi ini. Sehingga, sektor pariwisata domestik diprediksi akan pulih secara lebih cepat.
Integrasi layanan pariwisata dan kesehatan berbasis digital
Tidak bisa dipungkiri, faktor kesehatan sudah menjadi gaya hidup di tengah masyarakat saat ini, bahkan ketika melakukan perjalanan. Integrasi layanan di sektor pariwisata dan kesehatan yang berbasis digital akan mampu meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk berwisata di tengah pandemi. Pasalnya, integrasi kedua sektor layanan berbasis digitalisasi ini akan mempermudah adanya akses secara aman dan nyaman, baik ketika berwisata maupun dalam kondisi darurat kesehatan.
Dalam hal ini, OYO sebagai pelaku industri hospitality telah menerapkan contactless check in dan sistem pembayaran yang terintegrasi secara digital guna meminimalisir kontak secara fisik di lingkungan hotel. Selain itu, OYO juga telah mengintegrasikan beberapa propertinya di berbagai wilayah dengan layanan kesehatan berbasis digital, guna memberikan akses layanan kesehatan bagi para tamu secara prioritas yang dapat diakses kapan saja melalui smartphone masing - masing.
Staycation dengan pengalaman akomodasi yang unik semakin menjadi tren
Perubahan preferensi masyarakat di era pandemi membuat wisatawan cenderung memilih melakukan staycation di hotel - hotel budget dengan skala kecil yang memberikan pengalaman menginap unik. Hotel-hotel boutique dengan kapasitas yang lebih kecil ini akan lebih diminati karena dapat memberikan rasa aman dan nyaman ketika berlibur pasca COVID-19 dikarenakan pelanggan dapat menghindari kerumunan orang demi menjaga jarak sosial dan higienitas saat menginap.(*)
Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 22 Oct 2021
Bagikan