Kota lama
Selasa, 25 November 2025 14:02 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt

Semarang, Jatengaja.com - Pertunjukan seni “Gambang Semarang” yang digelar Dewan Kesenian Semarang bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah mempu menyedot ratusan penonton.
Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pelaku seni, peneliti kebudayaan, komunitas lokal, hingga tokoh-tokoh terkemuka Semarang dan para pegiat warisan budaya kota memadati Rumah PoHan di Kawasan Kota Lama Semarang, Minggu malam, 23 November 2025.
Acara yang dimulai tepat pukul 19.00 WIB dibuka dengan penampilan Unit Kesenian Satoeboemi, yang membawakan musikalisasi puisi secara menarik dan memikat para penonton.
Momen yang paling ditunggu akhirnya hadir ketika UKM Kridha Laras Universitas Negeri Semarang (Unnes) naik panggung membawakan seni Gambang Semarang secara penuh.
Dengan harmonisasi khas Gambang Semarang yang memadukan unsur Tionghoa, Jawa, dan tradisi pelabuhan, kelompok muda ini tampil sangat atraktif dan menunjukkan kemampuan artistik yang tidak main-main.
Pertunjukan malam itu semakin hidup dengan hadirnya drama komedial sebagai selingan di antara lagu-lagu yang dibawakan. Drama pendek tersebut sukses mengundang tawa dan tepuk tangan, memberi dinamika segar sekaligus menunjukkan bahwa Gambang Semarang dapat hadir secara komunikatif dan relevan di hadapan generasi masa kini
Respons penonton yang hangat menunjukkan bahwa pendekatan kreatif semacam ini dapat menjadi strategi penting dalam merawat tradisi agar tetap dekat dengan masyarakat.
Ketua Dewan Kesenian Semarang, Adhitia Armitrianto, menyatakan regenerasi merupakan kunci keberlanjutan tradisi.
“Melalui penampilan UKM Kridha Laras ini, kami ingin membuka ruang apresiasi sekaligus memberi kesempatan bagi seniman muda untuk terlibat aktif dalam pelestarian seni tradisi,” katanya.
Sementara, Pimpinan Produksi Acara, Kesit Widjanarko menyatakan puas melihat ruangan terisi penuh oleh para pengunjung dari beragam latar belakang.
“Kehadiran Ibu Sylvie, kolektor, arsiparis, sekaligus pemilik Rumah PoHan bersama Pak Ong Po Han, Ibu Grace, dan Prof Hardhono yang selama ini peduli terhadap perkembangan budaya kota, serta perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, menunjukkan bahwa acara ini telah menjadi titik temu lintas disiplin,” ujarnya.
Kesit menambahkan melihat tingginya antusiasme pengunjung, Dewan Kesenian Semarang dan Rumah PoHan tengah mempertimbangkan untuk menjadikan pertunjukan ini sebagai agenda tahunan, sebagai bentuk selebrasi bagi Gambang Semarang sekaligus upaya memperkuat identitas budaya kota.
Periset kebudayaan Tionghoa dari EIN Institute, Yvonne Sibuea menekankan pentingnya menjaga relevansi Gambang Semarang terhadap perkembangan zaman.
“Kesenian seperti Gambang Semarang hanya bisa terus hidup bila ia disambungkan dengan generasi hari ini. Tradisi bukan sekadar benda masa lampa, tapi harus bernafas dan berbicara dengan cara yang bisa dipahami anak muda. Ketika generasi baru terlibat, maka tradisi tidak hanya dilestarikan, tetapi juga tumbuh bersama perubahan zaman,” ujarnya. (-)
Bagikan