Sabtu, 19 November 2022 09:23 WIB
Penulis:Sulistya
Editor:Sulistya
Jakarta, Jatengaja.com - Banyaknya pengguna internet di Indonesia diprediksi akan membuat prospek bisnis data center semakin cerah.
Menurut Head of Industrial & Logistics Services Colliers Indonesia, Rivan Munansa menjelaskan, bisnis data center di Tanah Air memiliki prospek yang jelas. Dikatakan, pengguna internet di Indonesia sangat besar dan pertumbuhannya masih sangat panjang.
"Memang benar pengguna internet meningkat, pasar kita (Indonesia) untuk internet itu, growth-nya masih banyak dan panjang, cuman ya menurut saya akan bertahap, karena jaringan infrastruktur penting juga," kata Rivan saat dihubungi, Jumat, 18 November 2022, seperti dilansir www.trenasia.com.
Menurutnya, imbas dari padatnya penduduk Indonesia mengakibatkan bisnis data center di Tanah Air masih memiliki permintaan yang tinggi dan kurvanya masih akan naik ke atas.
Sebetulnya, lanjut Rivan, tren data center di Indonesia ini mulai marak satu tahun ke belakang, karena ada moratorium di Singapura yang mengatakan bahwa di sana tidak bisa dibangun lagi data center.
"Tidak bisa dibangun disana karena alasan ada pembatasan. Lalu ada regulasi di Indonesia yang menyatakan bahwa harus punya data center di sini, tidak boleh off-shore, nah hal itu yang memicu menjamurnya data center di Indonesia," lanjut Rivan.
Selain itu, Rivan menegaskan bahwa data center yang masuk ke Indonesia ini ada beberapa kategori. Ada yang masuk kepada hyperscale dan juga ada yang co-location.
Rivan menambahkan, jika kategori hyperscale data center adalah tipe pusat data yang menawarkan kemudahan untuk meningkatkan skalanya.
Caranya dengan menambahkan daya sistem atau racks beserta peralatannya. Tipe data center ini bisa menampung hingga jutaan servers dan mesin virtual.
"Data center hyperscale biasanya mereka sudah ada klien basenya, jadi istilahnya mereka bangun sendiri, pake sendiri, tapi dipake untuk customer yang sudah ada di dia," imbuh Rivan.
Pro dan Kontra
Kemudian, Rivan juga menambahkan co-location. Berbeda dengan hyperscale, co-location memiliki anchor client dan sisanya akan disewa atau juga dijual kepada klien atau calon klien.
Ditanya perihal tren saat ini dimana kawasan industri menjadi tempat bermukimnya data center, Rivan mengaku masih ada sisi pro dan juga kontra.
"Memang ini ada beberapa yang masih belum begitu clear. Saya jujur masih pro dan kontra. Karena ada yang bilang sekarang ini memakai sistem OSS (online single submission), karena data center itu masuk ke kategori yang zona industri atau kawasan industri, sedangkan di sisi lain ada yang mengkategorikan data center itu mengarah ke cyber building seperti yang ada di Jakarta," lanjutnya.
Ia mencontohkan, jika data center yang masuk kategori hyperscale maka akan dibangun ke kawasan industri karena butuh sisi operation yang begitu besar.
Ia merinci karena proses kerja data center itu perlu backup generator berkapasitas besar dan daya yang sangat kuat.
"Misal berlokasi di tengah kota, dan terjadi sesuatu, generatornya jalan untuk bangkitkan sekian Megawatt (MW) mungkin bisa ganggu sekitar kan, atau perlu air yang banyak. Kalau ditaruh di tengah kota tidak akan bisa, karena dekat dengan area komersial seperti kantor atau apartemen," ungkapnya.
Lebih lanjut, Rivan menyampaikan bahwa dengan banyaknya data center yang masuk ke Indonesia tidak juga memastikan semuanya akan mencapai kata sepakat.
"Hal itu karena adanya kesepakatan tender dengan end user satu dengan yang lain. Satu end user ini bisa melibatkan lebih dari satu data center, meskipun data center banyak namun yang deal mungkin hanya satu saja," katanya.
Rivan juga menambahkan data center ini harus didukung juga dengan infrastruktur jaringan.
Infrastruktur jaringan ini berfungsi untuk menghubungkan server (baik server fisik atau virtual), tempat penyimpanan (storage), dan koneksi dari pihak eksternal ke lokasi end user (pihak perusahaan yang menggunakan layanan data center).
Rivan juga memberi bocoran bahwa kedepannya kawasan di Timur Jakarta dan juga Selatan Jakarta akan ramai dengan data center.
"Untuk lahan data center kedepannya 100% tergantung dari end usernya, dan itu end user yang akan lead, apakah akan ke arah Timur Jakarta seperti Bekasi-Karawang atau juga Selatan Jakarta ke arah Bogor-Sentul," (-)
Bagikan