Meski Kehilangan Penglihatan, Giri Sukses Raih Gelar Sarjana FEB UGM

Kamis, 24 Februari 2022 16:55 WIB

Penulis:SetyoNt

Editor:SetyoNt

giri.jpeg
Giri bersama keluarganya usai diwisuda di UGM, Rabu (23/2/2022).

Jogja, Jatengaja.com – Penyandang disabilitas tuna netra, Giri Trisno Putra Sambada (25) merasa bahagia setelah  diwisuda sebagai Sarjana Manajemen (S.Mn) Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja, Rabu (23/2).

Mahasiswa program studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB)  UGM ini diwisuda dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,43 atau dengan predikat sangat memuaskan 

Untuk meraih gelar sarjana (S1)  tersebut, Giri harus melalui dengan perjuangan yang tidak mudah, sebab saat masuk bangku kuliah di FEB UGM pada tahun 2015 mulai kehilangan penglihatan. 

“Saat masuk UGM masih bisa melihat, hingga semester dua Allah mengambil pengelihatan saya secara total. Seolah runtuh semua cita-cita, hilang semua harapan, seperti tak mungkin lagi menjadi apa-apa. Namun, dengan motivasi dan tekad yang tinggi serta keterbukaan UGM melayani pendidikan yang inklusif di hari ini saya bisa berada di wisuda ini bersama teman-teman,” papar Giri yang terpilih menjadi wakil wisudawan untuk memberikan kata sambutan di hadapan seluruh wisudawan dan pimpinan universitas. 

Giri ini menceritakan fungsi pengelihatannya menurun saat mengikuti perkuliahan di kelas. Tanpa merasa sakit secara tiba-tiba mulai tidak bisa melihat lagi. Semua terlihat samar dan semua wajah teman dan yang dilihatnya hanya berwarna putih. 

Ia pun menjalani perawatan di RSUP Dr. Sardjito sekitar 4 bulan dengan diagnosa ada peradangan pada saraf mata dengan penyebab yang masih belum bisa diketahui.

 “Waktu itu kan rawat inap pertama sekitar 10 hari lalu pulang kerumah, itu masih masa masa ujian akhir semester (UAS). Saya nekat ngampus untuk UAS, tapi sampai kelas nangis karena tidak bisa membaca dan nulis akhirnya pulang dijemput Bapak,” ungkapnya mahasiswa angkatan 2014 ini saat ditemui usai wisuda.

Giri mengaku sempat sedih menyadari sudah tidak bisa melihat lagi seperti dulu. Bingung bagaimana nantinya menjalani perkuliahan dengan kondisi disabilitas. Akhirnya memutuskan untuk cuti kuliah selama lima semester. 

Selama masa cuti tersebut Giri  menjalani terapi di berbagai tempat, namun hasilnya nihil. Pengelihatannya memburuk hingga semua terasa hitam dan gelap. Namun, tidak lantas menyerah dengan keadaan. Justru terus memotivasi diri dengan keterbatasan yang ada tidak boleh menjadi batu sandungan untuknya melangkah lebih jauh.

 “Saya berusaha untuk menunjukkan pada semua orang, meski penyandang disabilitas tapi bisa berprestasi yaitu dengan kembali kuliah,” jelas putra pertama pasangan Sutrisno (55) dan Ngersi Suprihatin (45) ini.

Beasiswa S2 FEB UGM

Lalu Giri memutuskan untuk kembali masuk kuliah di tahun 2018. Namun, masih ada kecemasan yang menggelayut dibenaknya apakah nantinya bisa mengikuti kuliah. Tak hanya teman-teman yang semua baru, tetapi juga soal akses dalam pembelajaran. Ia lantas berusaha mengomunikasikan tantangan yang dihadapi dan kebutuhan selama proses belajar mengajar. Dengan melalui komunikasi yang dibangun dengan teman, dosen, dan fakultas, serta dukungan universitas persoalan yang dihadapinya satu persatu terurai.  

"Saat masuk itu kepedulian terhadap disabilitas belum seperti saat ini, tetapi dengan usaha dan komunikasi yang baik bisa terbentuk suasa inklusif bagi disabilitas," katanya.

Giri mengungkapkan sebelum mulai mengikuti perkuliahan  dipanggil dalam sebuah pertemuan yang dihadiri Kaprodi, Kadep, dan Wadek bidang Akademik. 

"Waktu itu pihak kampus bertanya kebutuhannya apa dan solusi seperti apa yang tepat menurut Giri. Ini bagus karena disabilitas dilibatkan dan diberdayakan untuk mencari solusi," ucapnya.

Atas kegigihannya belajar, Giri berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan sarjana dari Tanoto Foundation. Saat ini  kembali bisa memperoleh beasiswa dari lembaga tersebut untuk melanjutkan pendidikan jenjang S2 di FEB UGM. Giri telah dinyatakan diterima kuliah program Magister Sains FEB UGM.

Dinilai sebagai mahasiswa disabilitas berprestasi, Giri terpilih menerima penghargaan dari Presiden yang diserahkan oleh staf khusus presiden Angkie Yudistia pada Desember 2021 lalu. Lalu hasil penelitiannya untuk tugas akhir atau skripsi berjudul Manajemen di Era Digitalisasi juga terpilih masuk menjadi book chapter yang akan diterbitkan Departemen Manajemen FEB UGM. 

Giri Ipun banyak diundang menjadi pembicara di berbagai kesempatan terkait menumbuhkan lingkungan inklusif bagi difabel. 

"Kondisi disabilitas merupakan sebuah keistimewaan yang menjadikannya sebagai ciri khas. Jadikanlah hal itu sebagai penyemangat untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin sehingga bias menjadi juara di masyarakat," pesannya.

Usai lulus menempuh pendidikan S2, Giri berencana turut ambil bagian dalam memajukan pendidikan di tanah air dengan menjadi dosen. Ia ingin berperan dalam mewujudkan Indonesia yang maju, terbuka, bertoleransi serta memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas melalui pendidikan sebagai pintu utamanya. (-)

 

Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Tyo S pada 24 Feb 2022