budaya
Kamis, 05 September 2024 16:45 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt
Semarang, Jatengaja.com - Gabungan kota indeks harga konsumen (IHK) di Jawa Tengah pada Agustus 2024 mengalami deflasi sebesar 0,07 persen (mtm), namun dengan magnitude deflasi yang lebih rendah dibandingkan bulan lalu 0,13 persen (month-to-month/mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra menyatakan, mayoritas kota IHK di Jawa Tengah (Jateng) mencatatkan deflasi, kecuali Tegal dan Rembang.
“Deflasi terdalam berlangsung di Kabupaten Wonosobo yang pada periode laporan mencatatkan deflasi sebesar 0,17 persen (mtm),” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (4/9/2024).
Meski begitu, lanjut Rahmat, secara tahunan, inflasi gabungan kota di Jawa Tengah (Jateng) sebesar 1,77 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,12 persen (yoy) dan berada di rentang sasaran target inflasi2,5±1 persen.
Menurut, Rahmat deflasi pada Agustus 2024 terutama dipengaruhi kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan utama. Deflasi terdalam antara lain bersumber dari penurunan harga komoditas bawang merah.
Harga bawang merah turun sejak Juni 2024 seiring dengan panen yang masih berlangsung di beberapa wilayah sentra Brebes, Kendal, Demak maupun di luar Jawa Tengah, Bima, dan Nganjuk.
Penurunan harga juga bersumber dari komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, daun bawang, dan bawang putih. Penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras berlangsung seiring dengan penurunan harga bibit Day Old Chicken (DOC) broiler maupun layer.
“Penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras juga dipengaruhi penurunan harga jagung bahan pakan ternak pada periode laporan,” ujarnya.
Penurunan harga juga terjadi pada komoditas daun bawang seiring dengan kecukupan pasokan di Jawa Tengah. Komoditas bawang putih juga kembali mengalami penurunan harga seiring dengan peningkatan realisasi impor dari Tiongkok.
Di tengah penurunan tekanan inflasi dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, beberapa komoditas masih mengalami kenaikan harga, antara lain Beras dan Kopi Bubuk.
“Kenaikan harga beras seiring dengan normalisasi harga pasca-panen raya yang telah berlalu pada triwulan II 2024. Sementara komoditas kopi bubuk telah mengalami kenaikan harga sejak Mei 2024 lalu,” kata Rahmat.
Kenaikan harga tersebut dipengaruhi kenaikan harga biji kopi dunia seiring dengan penurunan pasokan dari Vietnam dan Brazil. Peningkatan harga tersebut turut mendorong kenaikan harga produk turunan biji kopi, termasuk kopi bubuk.
Peningkatan harga juga berlangsung pada Kelompok Transportasi, biaya Sekolah Dasar (SD), serta Emas Perhiasan. Kenaikan inflasi kelompok transportasi disebabkan oleh penyesuaian harga bensin.
PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM nonsubsidi, antara lain Pertamax (naik 3-6%), Dexlite (naik 5-8%), Pertamax Turbo (7-9%), dan Pertamina Dex (3-6%) pada 10 Agustus 2024 lalu.
Selain itu, biaya SD pada periode laporan turut mengalami kenaikan akibat penyesuaian Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) seiring dengan momentum tahun ajaran baru.
“Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi,” katanya.
Rahmat menambahkan, beberapa program inflasi lainnya yang termasuk ke dalam kerangka 4 K (Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, Ketersediaan Pasokan, dan Komunikasi Efektif) diharapkan mampu menjaga inflasi pada rentang sasaran 2,5±1%. (-)
Bagikan
Mahasiswa
3 hari yang lalu