Tangani Kasus Stunting di Jateng, Ganjar Gandeng UGM Jogja
Jogja, Jatengaja.com - Guna menangani kasus stunting di Jawa Tengah (Jateng), Gubernur Ganjar Pranowo menggandeng kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja.
Pemprov Jateng bersama UGM Jogja membuat pilot project penanganan stunting dengan menggunakan beras fortifikasi di 253 desa yang tersebar di sejmlah kabupaten.
Menurut Rektor UGM, Prof Ova Emilia beras fortifikasi merupakan beras yang sudah diolah dengan multivitamin dan mineral tinggi bila dikonsumi ibu hamil bisa mencegah stunting bayu yang dikandung.
- 7 Profesor Bersaing Duduki Kursi Rektor UIN Walisongo Semarang Periode 2023-2027
- Menarik Nih Meta Akan Bayar Content Creator Berdasarkan Performa Reels
- Komit Perkuat SDM, BPR Arto Moro Gandeng Markplus Institute
- 200 Pelanggan IndiHome Nobar Premiere Guardians Of The Galaxy
- WHO Cabut Status Darurat Kesehatan Global Covid-19, Ini Tanggapan Kemenkes
“Bersama Pemprov Jateng dan Bank Jateng, kami menggelar pilot project beras fortifikasi untuk penanganan stunting di 253 desa yang tersebar di lima kabupaten,” katanya di Balairung UGM Jogja, Kamis (11/5).
Prof Ova menjelaskan telah membuat tim khusus untuk program beras fortifikasi yang terdiri atas sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu antara lain agro, medis, dan sosial humaniora.
“Pilot project telah dilakukan kepada 500 ibu hamil di Jateng . Sampai saat ini kami sudah memberikan dua ton beras fortifikasi dan dua ton beras non fortifikasi,” ujarnya.
Sementara, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengatakan, pilot project beras fortifikasi merupakan program kolaborasi antar beberapa pihak, dari kampus, BUMD, dari pemerintah, termasuk dari kabupaten/kota.
"Harapan kami, stunting bisa kami keroyok. Kita memastikan ibu-ibu hamil, asupan gizinya harus bagus. Diperiksanya rutin sehingga mereka yang berpartisipasi untuk mengawasi ini, harapan kami juga memberikan catatan-catatan data seakurat mungkin," jelasnya.
Metode lain untuk menangani persoalan stunting juga terus dikembangkan UGM. Selain itu, kampus lain juga akan didorong agar melakukan penelitian untuk mencari solusi terkait dengan masalah stunting.
"Dulu dari peternakan UGM juga pernah ada telur omega. lainnya kalau ada, kami dorong. Model keroyokan inilah yang kami harapkan nanti, bisa melaksanakan program percepatan penanganan stunting,” ujar Ganjar.
Sementara berdasarkan perhitungan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) pada 2018 tingkat stunting di Jateng berada di angka 24,4 persen.
Setahun kemudian pada 2019 turun menjadi 18,3 persen. Persentase kembali turun pada 2020 menjadi 14,5 persen. Kemudian, pada 2021 turun menjadi 12,8 persen, dan terakhir pada 2022 di angka 11,9 persen. (-)