Sosok Inspirarif Idham Chalid, Ketua DPR Termiskin dalam Sejarah di Indonesia
Jatengaja.com - Di tengah anggota DPR RI yang pemer kemehadan dengan berbagai fasilitas yang menggiurkan dengan nilai mencapai Rp100 juta per bulan, maka sosok Idham Chalid yang menjabat Ketua DPR sekaligus MPR periode 1971-1977 bisa menjadi inspiratif.
Sejak resmi menjabat sebagai Ketua DPR sekaligus Ketua MPR RI, Idham Chalid tidak memanfaatkan fasilitas kendaraan mewah atau fasilitas negara lainna, melainkan karena prinsip hidup sederhana dan keteguhan menghindari korupsi, menjadikannya “Ketua DPR termiskin” dalam sejarah Indonesia.
Menurut pengakuan istrinya, Siti Rokayah, yang dilansisr dari trenasia.id, sosok Idham tegas melarang keluarganya menikmati fasilitas negara apa pun. Akibatnya, mereka tidak menggunakan mobil dinas, rumah dinas, atau tunjangan tambahan. Bahkan sehari-hari, mereka memilih naik Metromini.
- Cegah Penyakit Rabies, Dispangtan Solo Sediakan 1.100 Dosen Vaksin Rabies Gratis
- Bantuan Dana Hibah Perguruan Tinggi Swasta di Jateng Tahun 2025 Meningkat Capai Rp16,6 Miliar
- Bank Arto Moro Komit Dukung Program Makan Bergizi Gratis
- Pakar Ajukan 10 Agenda Demokratisasi Ekonomi
- Dirut BRI Hery Gunardi Jelaskan Strategi Efektif BRI Naikkan Dana Murah
Teladan keberhasilan hidup sederhana juga ditanamkan kepada anak-anaknya. Tanpa kecuali, mereka tak diberikan fasilitas istimewa. Banyak di antara mereka memilih berwirausaha sederhana, menjual nasi bungkus atau air minum, daripada mengandalkan status politik sang ayah.
Siti Rokayah menceritakan uang belanja keluarga juga tetap stabil dan cukup, berasal dari gaji pensius (sekitar Rp1,1 juta), Tunjangan DPR, dan alokasi dari Pemprov DKI sekitar Rp1,5 juta.
Kesederhanaan hidup Idham Chalid tampak jauh melampaui simbol formalitas politik. Ia tidak pernah menginap di hotel mewah saat kunjungan resmi. Sebaliknya, ia sering menginap di rumah warga atau pilihan sederhana lainnya. Bahkan hingga akhir hayat, ia tak pernah memakai ponsel atau kartu kredit, sebuah simbol penghindaran dari jejak kemewahan modern.
Dalam berpolitik, Idham terkenal santun, tidak menyerang lawan langsung meski diserang. Anak dan kerabat mengenang bahwa ayah mereka adalah sosok yang sangat sederhana, jujur, serta memiliki reputasi bebas dari kolusi. Integritasnya juga tercermin saat pensiun, ia menolak jabatan komisaris atau penghasilan tambahan dari jabatan politik, memilih kembali mengabdikan diri di dunia pendidikan dan pesantren.
Saat menjabat Ketua DPR/MPR, Idham memainkan perannya sebagai penengah antara aspirasi umat Islam, pengalaman NU, dan tuntutan pembangunan Orde Baru. Di tengah dekade penuh pergolakan politik, DPR/MPR tetap relatif stabil, bukan karena otoritas semata, tetapi karena kepemimpinannya yang membumi dan rendah hati.
Kala dibandingkan dengan pejabat masa kini, Idham Chalid merupakan contoh teladan yang langka. Ia dikenal sebagai pejabat agamis dan sederhana, memprioritaskan fungsi dibanding kemewahan dan selalu menjaga akar budaya santri dalam rutinitasnya. Warisan gaya hidupnya menjadi cermin bagi generasi masa kini, bahwa integritas lebih penting daripada fasilitas.
Dengan segala kesederhanaan dan kejujuran yang ia praktikkan sebagai Ketua DPR/MPR, Idham Chalid bukan hanya menjadi pemimpin politik ulung, tetapi juga simbol moral yang jarang ditemukan di panggung kekuasaan. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 03 Sep 2025