Santri di Pesantren Agar Ikut Suarakan Kampanye Anti Bullying
Semarang, Jatengaja.com - Para santri di pondok pesantren agar ikut menyuarakan kampanye anti bullying atau perundungan melalui pembuatan konten kreatif yang positif.
Oleh karenanya, pemahaman serta pengetahuan tentang bullying penting disampaikan kepada para santri dan pengasuh di pondok pesantren.
Hal ini disampaikan fasilitator Nasional Anti Perundungan dan Sahabat Karakter Puspepeka Kementerian Pendidikan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kusfitria Marstyasih pada ‘Workshop Penyebaran Pesan Baik dari Dalam Pesantren’, yang digelar Akatara Jurnalis Sahabat Anak dan Unicef, di Hotel Noormans Semarang, Sabtu (18/12).
“Jangan sampai hanya karena ketidaktahuan para santri dan pengasuh pesantren, kadang mereka tidak menyadari sedang melakukan perilaku bullying terhadap sesama santri,” katanya.
- Kemenhub Borong Mobil Listrik GATe Buatan UGM Unjuk Event G20
- Pertamina Patra Niaga Prediksikan Libur Nataru Terjadi Kanaikan Konsumsi BBM 10% Jateng-DIY
- Pemkot Semarang Terus Gelar Pasar UMKM untuk Pulihkan Ekonomi
Menurutnya, bila itu terus-menerus dilakukan dan tidak ada pengawasan dari orang-orang sekelilingnya di lingkungan pondok pesantren, maka dapat menjadi kebiasaan yang dampaknya bisa merugikan warga pesantren.
“Masyarakat atau pemerhati anak dan elemen lain, perlu memberikan pemahaman melalui kampanye maupun sosialisasi anti bullying ke pondok pesantren,” tandas Kusfitria.
Menurut Kiki, panggilan Kusfitria, forum maupun kegiatan yang digagas Akatara JSA menjadi penting dengan mengajak para santri ikut menyuarakan pesan-pesan kebaikan untuk masyarakat lebih luas, termasuk anti bullying.
“Daripada hanya untuk mengisengi teman, maka akan lebih baik para santri membuat konten-konten kreatif dan positif ikut mengampanyekan anti-bullying atau konten lain yang lebih bermanfaat,” katanya.
Pesan Kebaikan
Dalam kesempatan sama, dosen Strategi Media Online Universitas Semarang (USM), Edi Nurwahyu Julianto menyatakan, pesantren memiliki potensi yang besar dalam berkontribusi menyuarakan pesan-pesan kebaikan melalui berbagai konten kreatif.
Terlebih saat ini sudah banyak pesantren yang adaptif dengan teknlogi dan digitalisasi. Sehingga, pesantren bisa mengisi, melalui berbagai konten keratif untuk ikut menyebarkan pesan kebaikan tersebut.
“Sangat bisa sekali pesantren berkontribusi menyebarkan pesan kebaikan melalui konten kreatif,” tandasnya.
Sebab berbicara konten sebenarnya sudah tidak lagi atau harus terkotak-kotak pada segmen, kelompok atau komunitas masyarakat tertentu.
Dalam membuat konten, lanjut Edi yang penting adalah disesuaikan dengan targetnya siapa, kemudian platformnya media yang dipakai sebelum akhirnya memikirkan kreatifitas.
Memang tantangan di lembaga pesantren sendiri, apakah mau mengikuti perkembangan jaman atau tidak, karena kultur pesantren memang spesifik.
“Tetapi kalau pesantren mau, sebenarnya bisa saja konten itu dibuat sedemikian rupa sehingga masyarakat umum akan bisa melihat, ternyata di dalam lingkungan pesantren itu menyenangkan juga,” katanya.
Sementara, Communication for Depelopment Officer Unicef Indonesia, Emeralda Aisha berharap para santri dan pondok pesantren dapat memanfaatkan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas, khususnya dalam menyebarkan pesan- pesan kebaikan kepada masyarakat yang lebih luas.
“Pesantren akan memiliki peran dan berkontribusi yang besar di era digitalisasi ini, melalui penyajian konten-konten yang positif dan menarik,” tandasnya. (-)