Pentingnya Regenerasi Petani Muda untuk Jaga Ketahanan Pangan Indonesia
Jakarta, Jatengaja.com - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Desember 2023 jumlah petani generasi milenial di Indonesia dengan rentang umur 19-39 tahun berjumlah lebih enam juta orang. Meningkatkan dibandingan atas 2019 sebanyak 2,7 juta orang.
Hal ini menjadi kabar cukup melegakan di tengah ancaman krisis regenerasi petani di Indonesia. Meski demikian, saat ini lebih dari 70% petani Indonesia berusia di atas 43 tahun atau masih menjadi porsi terbesar.
Adapun petani dari kalangan generasi milenial atau Generasi Z hanya mengisi persentase sebesar 2,14% saja. Situasi tersebut menambah urgensi untuk mempromosikan regenerasi petani muda untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia.
- Dua Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng Sepakat Kampanye Pilkada 2024 Damai
- 105 Sekolah Ikuti Olimpiade CBP Rupiah Tingkat SMP Pertama Kali di Jateng
- Amankan Pilkada 2024, Pemprov Jateng Siapkan 113.622 Ribu Anggota Satlinmas
- Squad Nusantara Demak Resmi Dukung Paslon Eisti'anah - Gus Bad
- Tim Diklat JSIT Jawa Tengah Gelar FGD dan Workshop
Menurut pengamat pertanian, agroklimatologi dan perubahan iklim Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja, Bayu Dwi Apri Nugroho, permasalahan yang terjadi di sektor pertanian tidak hanya dialami oleh Indonesia, tapi juga di negara lain.
“Masalah seperti regenerasi petani tidak hanya dialami Indonesia saja, tapi mungkin terjadi hampir di seluruh dunia,” ujar Bayu dikutip dari ugm.ac.id, Selasa, 24 September 2024 dilansir dari Trenasia.com jaringan jatengaja.com.
Bayu lebih lanjut mengatakan regenerasi petani muda menjadi keharusan untuk menunjang inovasi di bidang pertanian. Pelu dibutuhkan pula perubahan pola pikir untuk mendongkrak hasil di sektor pertanian.
Dia mengatakan salah satu cara yang harus dilakukan untuk menarik minat anak-anak muda ke dunia pertanian adalah dengan pengenalan teknologi di bidang pertanian. “Tidak hanya kepada anak-anak muda yang berasal dari anggota keluarga petani tetapi juga anak-anak muda yang notabene bukan dari keluarga petani,” ujarnya.
Dalam pandangannya, bila perlu soal pertanian dan teknologi pertanian sudah diperkenalkan mulai tingkat sekolah dasar. Cara seperti itu diharapkan mengikis image terkait pertanian konvensional yang tidak modern.
“Kalau selama ini penggunaan drone hanya digunakan untuk foto-foto atau mendokumentaskan suatu kegiatan, drone juga bisa digunakan untuk memantau kondisi tanaman bahkan bisa digunakan untuk penyemprotan pupuk, pestisida di lahan-lahan sawah,” terangnya.
Pada 8 Mei 2024, Kantor Staf Presiden (KSP) menginisiasi sebuah program mengenai regenerasi petani, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal Purnawirawan TNI Moeldoko menjelaskan program regenerasi harus dilakukan secara inklusif dan kolaboratif.
Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis pangan, generasi Z diharapkan mengambil peran penting dalam sektor pertanian. Dengan teknologi yang semakin berkembang, anak muda kini memiliki kesempatan untuk mengubah citra pertanian yang dianggap kuno menjadi bidang yang modern dan menarik.
Pertanian berkelanjutan menjadi kunci untuk memastikan ketersediaan pangan di masa depan. Generasi Z, yang dikenal dengan kemampuan adaptasi teknologi, dapat memanfaatkan inovasi seperti pertanian berbasis digital, hidroponik, dan penggunaan drone untuk meningkatkan produktivitas.
Selain itu, kesadaran mereka terhadap isu lingkungan membuat mereka lebih terbuka untuk mengadopsi praktik pertanian ramah lingkungan. Perubahan pola konsumsi masyarakat juga mendorong minat anak muda untuk terjun ke dunia pertanian.
Dengan meningkatnya permintaan akan produk lokal dan organik, generasi Z dapat mengambil peluang ini untuk menciptakan usaha pertanian yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga berkelanjutan.
Pendidikan dan pelatihan menjadi penting untuk mendukung generasi ini. Program-program yang mengedukasi tentang teknik pertanian modern dan manajemen usaha tani perlu diperkuat. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta juga sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung.
Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia berupaya memberikan dukungan kepada para petani muda. Melalui berbagai program, seperti subsidi, pelatihan, dan akses pasar, diharapkan generasi Z dapat lebih termotivasi untuk berkontribusi di sektor pertanian.
- Bulan Agustus, Neraca Perdagang Indonesia Surplus Rp44,4 Triliun
- Bupati Blora Sebut untuk Perbaiki Seluruh Jalan Rusak Butuh Biaya Rp3 Triliun
- Firman Setiyadi Ubah Gulma Enceng Gondok Danau Rawa Pening Jadi Karya Bernilai Ekonomi
Pesiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sebuah kesempatan menekankan pentingnya regenerasi petani akan memperkuat dan menjaga ketahanan pangan nasional. Selain itu, dengan regenerasi yang tinggi dari petani dinilai akan menjadi titik balik kembali berjayanya pertanian nasional.
Di Indonesia sendiri kini ada 28 juta jiwa yang menjadikan petani sebagai sumber mata pencaharian. Jumlah yang besar tersebut menjadi tantangan yang berat dengan banyaknya permasalahan yang terjadi di sektor pertanian.
Selain problem regenerasi, ada masalah lain seperti alih fungsi lahan, harga panen yang tidak stabil, perubahan iklim yang tidak menentu, hingga kenaikan harga bahan bakar.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Ilyas Maulana Firdaus pada 24 Sep 2024