Dalam 5 Tahun Terkhir Lahan Pertanian di Jateng telah Berkurang 62 Ribu Hektare
Semarang, Jatengaja.com - Dalam lima tahun terakhir lahan pertanian di Jawa Tengah (Jateng) telah berkurang sekitar 62 ribu hektare, sehingga mengancam ketahanan pangan di provinsi ini.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) asal Jateng, Dr Abdul Kholik SH MSi berkurangnya lahan pertanian sekitar 62 ribu hektare hampir sama dengan jumlah produksi gabah selama lima tahun berkurang sekitar 1 juta ton.
“Kondisi ini sebenarnya menunjukkan lumbung pangan di Jateng sangat rapuh,” katanya pada “FGD Evaluasi Ketahanan Pangan Provinsi Jateng dan Proyeksi Tahun 2025” di Kantor DPD RI di Jalan Imam Bonjol Semarang, Rabu (13/12/ 2024).
- Komisi XII Soroti Insiden Kebakaran di Smelter PT Freeport Indonesia
- Dukung UMKM Toko Kelontong, Nobu Bank Luncurkan Program KRUPUK Bersama SRCIS
- Aksi Restorasi Bumi, Telkom Tanam 140 Ribu Pohon
- Perlu Langkah Konkret Kembangan Energi Baru Terbarukan
- SGSP Upaya SIG Tingkatkan Kesejahteraan Petani di Rembang
FGD menghadirkan narasumber Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distabun) Jateng, Himawan Wahyu Pamungkas, dan Wakil Kepala Wilayah Bulog Jateng Fadillah Rachmawati, dan para mitra terkait maupun stakeholder DPD RI.
Dengan kondisi ini, Abdul Kholik meminta pemerintah pusat meninjau ulang kebijakan menjadikan Jateng sebagai lumbung pangan, karena faktanya ketahanan pangan terus menurun.
Namun, kalau pemerintah pusat konsisten dengan program menjadikan Jateng sebagai lumbung pangan nasional, maka harus didukung secara penuh dengan memberikan dana alokasi khusus.
“Kalau hanya dijadikan slogan, lebih baik Jateng jangan dijadikan lumbung pangan nasional, “ tandas Senator asal Cilacap.
Sekretaris Distabun Jateng, Himawan Wahyu Pamungkas menyampaikan konsumsi beras tahun 2024 sekitar 1,1 juta ton, sehingga perlu peningkatan produksi beras untuk menuju ketahanan pangan.
Dia menyebutkan, penyebab kekurangan target dari surplus beras di Jateng karena adanya beberapa faktor. Pertama karena alih fungsi lahan. Tahun 2024 terjadi pengurangan lahan seluas 62,192 hektare. Dari luas baku sawah 1.049.661 Ha (data 2019) menjadi 987.648 Ha (data tahun 2024).
Menurut Himawan alih fungsi lahan persawahan di wilayah Jateng semakin masif. Dalam lima tahun terakhir ini lahan sawah seluas 62 ribu hektare telah hilang dan berubah menjadi perumahan, kawasan industri hingga objek wisata.
Data tersebut dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ATR/BPN yang menyebutkan, pada tahun 2019 sampai 2024, luas lahan pertanian di Jateng berkurang hingga 62.193 hektare.
Himawan menyebut, terjadi pengurangan luas baku sawah dari 1.049.661 hektare tahun 2019 menjadi 987.648 hektare tahun 2024 (terjadi pengurangan seluas 62.193 hektare).
“Alih fungsi lahan pertanian tertinggi di Kabupaten Grobogan. Diketahui, dalam lima tahun terakhir, lahan sawah seluas 8.387 hektare,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian ATR/BPN, luas lahan persawahan di Grobogan pada 2019 mencapai 90.776 hektare. Namun pada 2024, sawah tersebut beralih fungsi hingga akhirnya menjadi 82.389 hektare.
- Tingkatkan Kompetensi Guru SMK TIK, Telkom Semarang Jateng Utara Gelar Workshop
- Daftar Makanan Impor Bebahaya, Salah Satunya Anggur Shine Muscat
- Telkom Semarang Jateng Utara Adakan Workshop untuk Tingkatkan Kompetensi Guru SMK TIK
Ditambahkan, faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian adalah peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah industri di Jateng yang mengurangi luas lahan dan menurunkan produksi hasil pertanian.
Sementara Wakil Kepala Bulog Kanwil Jateng, Fadillah Rachmawati, menyatakan menjaga ketahanan pangan dengan tiga pilar ketahanan pangan, yaitu ketersedian, keterjangkauan dan stabilitas.
“Stok beras di Jawa Tengah hingga akhir tahun 2024 sejumlah 267.985 ton, cukup aman hingga sebelum panen padi tahun 2025,” ujarnya. (-)