BNI Buka Peluang Akuisisi Bank Asing
Jakarta, Jatengaja.com - PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero Tbk membidik 8 juta diaspora Indonesia agar menjadi pilihan utama layanan perbankan mereka, karena ada potensi dana pihak ketiga (DPK) sebesar US$1 miliar.
Meski belum berencana untuk mengakuisisi bank asing dalam waktu jangka pendek. Namun, manajemen BNI membuka peluang tersebut dalam jangka menengah dan panjang.
Menurut Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Winston Rumantir ada beragam indikator yang diperhitungkan saat hendak mengakuisisi bank asing, salah satunya rasio laba dibagi modal atau return on equity (ROE), karena Tidak mungkin perseroan mengakuisisi bank dengan ROE lebih rendah lantaran bisa mencederai kepercayaan investor.
- Menteri PUPR Basuki Sebut Pembangunan Tol Solo-Jogja Super Prioritas
- Bapenda Kota Semarang Tingkatkan Target Pendapatan Pajak Daerah 2023 Jadi Rp2,19 Triliun
- Sirkuit Mandalika Kembali Gelar Superbike 2023, Berikut Jadwalnya
- Manfaatkan Proyek Strategis Nasional untuk Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi Jateng
- Jateng Terbesar Realisasi Anggaran Proyek Strategis Nasional, Jabar Kedua, DIY Ketiga
Selain mempertimbangkan kontibusi positif ROE bank tersebut secara keseluruhan atau konsolidasian, pertimbangan lain termasuk dampak positif regulator bank asal yang memperluas ijin operasional BNI di luar negeri misalnya untuk ekspansi.
"Kita sih maunya kalau bisnis tumbuh, tumbuh gede sekalian tapi perlu dilihat lagi apakah profitable dan sustainable? Secara umum akuisisi bank asing tidak ada dalam rencana saat ini namun secara medium and long term mungkin bisa kami kaji lagi yah. Kalau memang ada peluang yang justified atau masuk akal kita mungkin akan akusisi bank asing,” kata SIlavano kepada TrenAsia.com jaringan Jatengaja.com, Kamis 23 Februari 2023.
Untuk saat ini, lanjut Sillavano akan mengoptimalkan bisnis international banking lewat 6 Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) BNI di Singapura, Hong Kong, Tokyo, London, New York, dan Seoul serta 1 Kantor Representatif Luar Negeri di Amsterdam.
Total aset 6 KCLN dan 1 KPLN tersebut kurang lebih saat ini mencapai US$5 miliar atau kurang dari10% total aset grup sebesar Rp1.000 triliun setara US$60 miliar.
Tahun ini, perbankan yang dimiliki pemerintah hingga 60% kepemilikan ini berencana membuka satu KCLN lagi di Australia, kemungkinan di kota Perth. Lalu juga sedang dikaji pembukaan KCLN kedua di AS, tepatnya di Los Angeles.
“Kita di AS bagian Timur sudah ada di New York, ini sedang kita kaji lagi mau nambah di Los Angeles, lalu juga di satu kota besar di Australia bisa jadi Perth,” kata Silvano.
Lewat KCLN dan KPLN yang ada saat ini, BNI membidik 8 juta diaspora Indonesia agar menjadi pilihan utama layanan perbankan mereka. Paling tidak ada potensi dana pihak ketiga atau DPK sebesar US$1 miliar dari nasabah diaspora.
Pertimbangannya, 12,5% saja dari total 8 juta diaspora menabung di BNI dengan jumlah saldo rata-rata mencapai US$1.000 setara kisaran Rp15 juta. Saat mereka sudah masuk ke sistem perbankan BNI, langkah selanjutnya adalah menawarkan kredit kecil-kecilan agar mereka bisa memajukan usahanya di sana. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Yosi Winosa pada 27 Feb 2023