Alasan Kenapa Kelas Menengah Menjadi Miskin Saat Pensiun

Sulistya - Minggu, 24 Agustus 2025 07:33 WIB
Menikmati masa pensiun.

Jakarta, Jatengaja.com – Setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun berkarier dan menanti masa pensiun, Anda tentu ingin menikmatinya dengan tenang. Setelah bekerja hampir sepanjang masa dewasa, Anda tentu tidak ingin merasa tertekan oleh masalah keuangan dan membayar tagihan besar di masa pensiun.

Meski begitu, ada sejumlah hal yang bisa membuat kalangan menengah terpuruk secara finansial saat pensiun, dan sebaiknya dihindari sejak masih berada di usia produktif.

Hal yang Bisa Bikin Kelas Menengah Miskin Saat Pensiun

Dilansir dari Nasdaq, berikut alasan kenapa kelas menengah miskin saat pensiun:

1. Meremehkan Biaya Hidup di Masa Pensiun

“Banyak orang kelas menengah sering kali meremehkan jumlah uang yang dibutuhkan saat pensiun,” ujar Taylor Kovar, perencana keuangan bersertifikat (CFP) sekaligus CEO dan pendiri 11 Financial.

“Mereka cenderung lebih memprioritaskan kebutuhan saat ini atau memang tidak memiliki cukup sisa uang untuk ditabung demi masa depan.”

Lakukan riset dan pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan profesional keuangan agar Anda siap menghadapi berbagai pengeluaran. Jangan sampai kaget ketika menyadari besarnya biaya yang dikeluarkan di masa pensiun.

2. Tidak Menabung Cukup untuk Pensiun

“Masalah keuangan tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau keadaan darurat medis bisa menggerus tabungan, sehingga sulit untuk membangun dana pensiun yang memadai,” ujar Kovar.

Salah satu tantangan terbesar dalam perencanaan pensiun adalah kurangnya tabungan untuk menutupi kebutuhan hidup sepanjang sisa usia.

“Banyak orang tidak menabung cukup untuk pensiun karena biaya hidup yang tinggi, beban utang, atau salah memperkirakan berapa banyak uang yang sebenarnya diperlukan,” jelas Liam Hunt, direktur di SophisticatedInvestor.com.

“Tanpa tabungan yang memadai, para pensiunan bisa mendapati dana mereka habis lebih cepat dari perkiraan, terutama seiring bertambahnya usia harapan hidup,” imbuhnya.

Jika dana yang dimiliki tidak cukup untuk menutupi kebutuhan, Anda berisiko merasa kekurangan karena harus berjuang keras untuk bertahan hidup.

3. Tidak Menganekaragamkan Sumber Pendapatan

“Mengandalkan hanya satu sumber pendapatan, seperti pensiun atau jaminan sosial, bisa berisiko karena jumlahnya mungkin tidak mencukupi untuk menutupi seluruh kebutuhan di masa pensiun,” papar Kovar.

Oleh karena itu, penting untuk mendiversifikasi sumber penghasilan, misalnya melalui investasi, pendapatan sewa, atau bahkan pekerjaan paruh waktu, agar kondisi keuangan lebih stabil saat pensiun.

4. Biaya Kesehatan yang Tak Terduga

Seiring bertambahnya usia, biaya perawatan kesehatan cenderung semakin mahal. Kunjungan rutin maupun tak ke dokter terduga bisa dengan cepat menguras tabungan jika tidak dipersiapkan.

“Tanpa asuransi kesehatan yang memadai atau rencana khusus untuk menanggung biaya medis, para pensiunan dapat kesulitan membayar perawatan dan obat-obatan yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan beban finansial,” jelas Kovar.

Meskipun sulit memprediksi masalah kesehatan di masa depan, penting untuk memastikan dana yang cukup tersedia guna menutup biaya medis. Tanpa memperhitungkan hal ini, tabungan pensiun bisa terkikis lebih cepat dari yang diperkirakan.

5. Volatilitas Pasar

Meskipun investasi di pasar saham dapat memberikan imbal hasil tinggi dalam jangka panjang, Kovar mengingatkan ada risiko bawaan, seperti fluktuasi pasar dan penurunan ekonomi.

“Orang kelas menengah mungkin tidak memiliki pengetahuan atau sumber daya yang cukup untuk mengelola risiko ini dengan baik, sehingga berpotensi mengalami kerugian dalam portofolio pensiun mereka,” sebut Kovar.

Tergantung pada portofolio pensiun dan faktor ekonomi eksternal, seseorang bisa menghadapi kesulitan finansial akibat kondisi yang tak terduga. Meski Anda tidak dapat mengendalikan pasar, Anda tetap bisa mengendalikan cara Anda berinvestasi.

6. Pilihan Investasi yang Buruk

“Keputusan investasi yang kurang tepat serta tidak memiliki portofolio yang beragam dapat membuat tabungan pensiun terpapar risiko yang tidak perlu,” ujar Hunt.

Meski toleransi risiko yang lebih tinggi diharapkan pada usia muda, Anda harus fokus pada mitigasi risiko. Pilihan investasi yang keliru bisa membuat Anda merasa kekurangan dan tertekan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Selain itu, penting juga untuk waspada terhadap penipuan investasi. Seperti pepatah lama mengatakan, jika sesuatu terdengar terlalu bagus untuk jadi kenyataan, kemungkinan besar memang demikian.

Jika menghadapi situasi semacam ini, mintalah saran dari pakar keuangan terpercaya agar tabungan seumur hidup Anda tidak jatuh ke tangan yang salah.

7. Tidak Memperhitungkan Inflasi

“Masalah besar lainnya adalah tidak memperhitungkan inflasi dan kenaikan biaya hidup,” jelas Hunt.

“Dana pensiun yang tampak besar saat ini bisa kehilangan daya belinya seiring waktu, sehingga mengurangi kemampuan pensiunan untuk mempertahankan standar hidup. Hal ini sangat berisiko bagi sumber pendapatan tetap yang tidak menyesuaikan diri dengan inflasi.”

Seperti yang kita alami dalam beberapa tahun terakhir, inflasi dapat meningkatkan harga hampir semua kebutuhan. Karena itu, saat menyusun anggaran pensiun, penting untuk mengingat harga akan terus naik dari waktu ke waktu dan menyesuaikan rencana keuangan Anda.

8. Tidak Membuat Rencana Pengeluaran yang Komprehensif

Tanpa rencana pensiun yang mencakup anggaran, strategi penarikan, serta perhitungan pajak, menurut Hunt, mudah bagi seseorang untuk menghabiskan terlalu banyak di awal masa pensiun, sehingga membuat mereka rentan secara finansial di kemudian hari.

Rencana yang menyeluruh akan membantu memastikan kebutuhan hidup di masa pensiun dapat terpenuhi tanpa harus banyak berkorban. Menyusunnya sebelum pensiun juga memberi waktu lebih untuk menyesuaikan diri dan melakukan perubahan sesuai kondisi hidup.

Hunt menegaskan, “Mengatasi masalah ini membutuhkan perencanaan yang matang sejak dini, pemahaman tentang manajemen keuangan, dan yang terpenting, berkonsultasi dengan penasihat keuangan untuk menyusun strategi pensiun yang sesuai dengan kebutuhan pribadi.” (-)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 23 Aug 2025

Editor: Sulistya
Bagikan

RELATED NEWS