Petani di Desa Japerejo Rembang Sukses Kembangkan Padi Semi Organik
Rembang, Jatengaja.com – Padi semi organik berhasil dikembangkan oleh para petani di Desa Japerejo, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang pada musim kemarau.
“Hasil ubinannya lima kilogram atau 6,8 ton per hektare padi kering panen. Harapannya, Sekolah Lapang di sini bisa menjadi contoh dan diaplikasikan di daerah lain,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto usai panen raya, dikutip selasa (4/7/2023).
Agus menjelaskan, sebelumnya petani telah mengikuti Sekolah Lapangan enam bulan yang dimulai Februari lalu. Hasilnya terbilang bagus di tengah musim kemarau seperti ini.
- Pesona dan Potensi Desa Sejahtera Astra Wisata Negeri Hila di Maluku Tengah
- Warga Jakarta Peminjam Pinjol Terbesar, Capai Rp10 Triliun
- Penyesuaian Harga BBM dan Gerakan Pangan Murah Turunkan Inflasi Jateng
Disampaikan, di Rembang sekolah lapangan dilaksanakan di dua desa di Kecamatan Pamotan, yakni di Desa Japerejo dan Ringin. Sebanyak sepuluh kelompok tani yang mengikuti sekolah lapangan, langsung mereka praktikkan di bawah arahan penyuluh pertanian lapangan (PPL).
Penanggung Jawab Sekolah Lapang Kabupaten Rembang dari Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Lutvan Makmun menambahkan, sekolah lapangan merupakan program dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Selain di Rembang, ada delapan kabupaten lagi yang menjadi sasaran percontohan Sekolah Lapang.
“Tujuan sekolah lapangan untuk mengatasi mahal dan terbatasnya jumlah pupuk kimia atau konvensional. Pupuk organik ini mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Dari sisi kualitas tanaman mengalami pertumbuhan cukup bagus, dari sisi perawatan tidak membutuhkan perlakuan sulit, dan hasilnya tidak kurang dari yang mereka tanam sebelumnya,” katanya.
Pupuk Organik
Petani setempat Jarum, mengaku bersyukur telah menjadi bagian dari program dari SL. Selain mendapat bibit padi varietas Inpari 32, mereka juga diajari membuat pupuk organik cair dan padat.
“Selama enam bulan, kita diajari membuat pupuk cair biosaka (pemicu terbentuknya metabolisme sekunder pada tanaman), pupuk mikro organisme lokal (MOL), membuat pupuk padat, seperti pupuk bokasi, jerami fermentasi,” ujarnya.
- Kompak, Bank China Ramai-Ramai Jual Dolar
- IndiHome Akan Dikelola Telkomsel Mulai 1 Juli 2023
- Penumpang Pesawat Terbang Diprediksi Tembus 3,6 Juta
Menurutnya, pengolahan sawah memaksimalkan penggunaan pupuk organik dapat menghemat biaya pengeluarannya. Pasalnya, dengan jatah pupuk subsidi yang terbatas, penggunaan pupuk organik yang bisa dibuat sendiri terbilang murah, jika dibanding membeli pupuk nonorganik nonsubsidi, seperti urea yang terbilang mahal, sekitar Rp450 ribu per saknya.
Disampaikan, penanaman padi semi organik kali ini, komposisi pupuk kimia sangat minim. Dalam satu hektare, pupuk kimia NPK dan Urea sama 80 kilogram. Sedangkan pupuk organik bokashi satu ton. Dari analisa usaha tani padi semi organik dalam satu hektare, petani bisa meraup untung bersih sekitar Rp35 juta per hektare. Keuntungan itu dihitung dari harga jual gabah kering panen saat ini, kurang lebih Rp6.000 per kilogram. (-)