Komet Setan Bakal Muncul di Atas Bumi, Bisa Dilihat Manusia
Jakarta, Jatengaja.com - Komet 12P/Pons-Brooks selebar 17 kilometer dikenal sebagai "komet setan" akan mencapai titik terdekatnya dengan matahari atau yang dikenal sebagai perihelion pada 21 April 2024. Sebuah jarak sekitar 232 juta km dari matahari.
Pada posisi tersebut seharusnya membuat komet menjadi lebih terang secara signifikan dan lebih mudah dilihat di langit barat setelah matahari terbenam. Namun, pada magnitudo sekitar 5,9, mungkin tidak terlihat dengan mata telanjang. Semakin kecil magnitudonya, semakin terang objeknya. Sirius, bintang paling terang di langit malam bumi, bersinar dengan magnitudo -1,46.
Tanggal 21 April dan beberapa malam sebelum dan sesudahnya akan menjadi waktu terbaik untuk melihat "komet setan" atau " Komet Ibu Naga " tersebut. Pengamat di garis lintang utara mungkin kesulitan melihat komet tersebut karena posisinya berada di bawah sinar matahari terbenam.
Komet biasanya berada pada titik paling terang dan paling mudah dilihat saat mencapai titik terdekatnya dengan Bumi. Hal ini akan terjadi pada bulan Juni. Namun pada saat itu lintasan komet tersebut hanya akan terlihat dari Belahan Bumi Selatan. Bagaimanapun, kegelapan sejati sulit didapat di Belahan Bumi Utara pada awal Juni.
“Terlepas dari kenyataan bahwa komet tersebut paling terang karena paling dekat dengan Matahari, komet tersebut cukup jauh dari kita,” kata profesor astronomi dan astrofisika di Universitas Villanova di Pennsylvania, Frank Maloney kepada Live Science, yang dilansir trenasia.com
Menurut Frank, komet dapat menunjukkan perubahan kecerahan yang besar saat matahari menghangatkannya, namun kecuali terjadi sesuatu, komet tersebut hanya akan terlihat melalui teropong atau teleskop.
Hal ini bisa berubah jika komet tersebut mengalami ledakan yang pertama kali terjadi pada Juli 2023. Hal ini menyebabkan komet menumbuhkan sepasang tanduk. Inilah yang menjadikan dia dijuluki "komet setan".
Pengamatan baru-baru ini menunjukkan bahwa komet tersebut tidak lagi memiliki tanduk ini. Kemungkinan karena batuan luar angkasa tersebut kehilangan “takik” es di intinya yang memungkinkan tanduk muncul. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 17 Apr 2024